Dalam konstelasi Peradaban, Islam merupakan salah satu aktor yang pernah mengisi panggung kemajuan jagat raya. Dalam sejarah, Islam telah banyak menyumbang berbagai pemikiran konstruktif melalui para tokoh-tokohnya. Monument Peradaban tersebut bisa dinikmati dalam bentuk karya-karya berupa bangunan intelektual maupun fisik. Sehingga, Islam tidak bisa hanya dimaknai sebagai sebuah agama inferior yang tak mampu bertoleransi dengan kemajuan. Maka, jika akhir-akhir ini Islam dianggap sebagai sebuah agama ‘malapetaka’ yang hanya mengajarkan kekerasan dan kemunduran, Pandangan tersebut perlu direvisi lagi. Berikut Petikan Wawancara Saya (A Fahrizal Aziz)dengan beberapa tokoh dan pakar Ilmu Peradaban Islam di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang tak lain adalah Prof. Imam Suprayogo (Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), Basri, Ph.D (Ketua Prodi Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), dan Isti’anah Abubakar, M.Ag (Dosen Sejarah Peradaban Islam).
UIN Maliki Malang: Titik kebangkitan Islam
Ditemui di ruangannya yang megah, dengan arsitektur yang glamor, Rektor UIN Maliki Malang itu menyambut ketiga Wartawan Majalah Suara Akademika dengan ramah. Ruang rektor itu, mungkin juga merepresentasikan tentang kemegahan Islam. Jika orang melihat ruang rektor yang sedemikian megahnya, mungkin citra Islam yang selama ini digambarkan kumuh dan miskin akan segera terhapus. Memang, Pasca berubahnya status dari STAIN, UIIS Hingga sekarang UIN, Kampus ini telah berkembang sangat dinamis, bahkan siapa sangka kampus yang dulunya kecil layaknya SD Impres itu, kini telah berubah dan menjelma menjadi kampus yang megah. Barangkali, ini juga bisa menjadi filosofi jika Islam juga akan menjelma menjadi Peradaban besar.
Dalam penuturannya, Islam itu adalah Peradaban unggul yang membawa lima misi besar. Islam akan bisa maju ketika Umatnya menjalankan kelima misi besar tersebut:
Pertama,Islam itu mengajak umatnya untuk membaca dan mencipta. Hal itu termaktub dalam ayat yang pertama kali turun yaitu Surat Al Alaq. Disitu Allah mengajak Umatnya untuk Iqra’ (membaca) bismirabbikal ladzi khalaq (mencipta), namun membaca bukan dimaknai sekedar membaca teks, melainkan membaca Kehidupan. Menurutnya, orang yang mampu membaca ekonomi maka akan menguasai ekonomi, orang yang mampu membaca politik akan menguasai politik dan tidak terjatuh dalam permasalahan politik, dan sebagainya. Lalu mencipta, berkarya atas apa yang telah ia baca.
Kedua, Islam mengajak umatnya untuk menjadi manusia yang unggul. Untuk menjadi manusia yang unggul minimal ada empat cara: memahami diri sendiri, amanah, Tazkiyatun Nafs (membersihkan fikiran, hati, dan badan), dan berbuat hal yang bermanfaat untuk orang lain. Jika keempat hal itu telah dilakukan, maka kita akan menjadi manusia yang unggul.
Ketiga, berada pada tatanan sosial yang adil. Pada Jaman Jahiliyah dulu, Masyarakat terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah. Setiap kabilah saling merebut jabatan, ekonomi, bahkan saling merampok, dan ketika berhasil mengalahkan kabilah lainnya, kabilah yang kalah tersebut dijadikan budak, sehingga timbul ketidak adilan. Sehingga Islam itu sesungguhnya datang membawa keadilan.
Keempat, Islam itu memberikan tuntunan ritual untuk membangun spiritual. Selama ini, Umat Islam ternyata hanya menangkap yang keempat ini, sehingga Islam hanya dimaknai sebatas ritual saja. Harusnya ritual adalah untuk dijalankan, bukan diperdebatkan. Karena masalah ritual ini diperdebatkan maka akan menimbulkan perpecah belahan umat. Maka kalau begini Perbedahan bukan lagi menjadi rahmat melainkan menjadi musibah karena membuat umat terpecah belah. Sehingga ritual itu dijalankan saja, karena diperdebatkan seperti apapun toh Manusia tidak mampu menjamin apakah itu diterima Allah atau tidak.
Kelima, Amal Sholeh. Amal itu kerja, Sholeh itu Profesional. Jadi Bekerja secara Profesional. Namun ternyata selama ini Amal Sholeh disederhanakan menjadi kotak amal. Jadi, Amal sholeh itu bekerja Profesional. Masalah Pendidikan diserahkan kepada Ahli Pendidikan, Masalah Ekonomi diserahkan oleh ahli ekonomi dan sebagainya. Sehingga Islam akan menjadi Peradaban yang maju karena dibangun oleh orang-orang yang ahli dibidangnya.
Selain itu, Profesor Lulusan Universitas Airlangga itu juga menjelaskan jika Umat Islam, khususnya di Indonesia ini akan menjadi titik kebangkitan Peradaban Islam, menurutnya kebangkitan Islam akan lahir dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. “Peradaban Islam itu akan bangkit dari Indonesia kok nanti, melalui UIN Malang, bukan dari Sudan, Mesir, Arab dan Negara Islam lainnya,” tutur sesepuh PTAIN itu dengan mantab.
Salah satu yang membuat Islam bangkit itu salah satunya adalah adanya integrasi ilmu. “saya pernah pergi ke baghdad, disana memang tidak ada dikotomi ilmu agama dan ilmu umum,” jelasnya. Menurutnya, yang membedakan UIN Malang dengan kampus lainnya itu adalah disumber ilmu. Kalau kampus lainnya hanya menggunakan ayat kaunaiyah, yaitu pengamatan, eksperimentasi dan penalaran logis. Di UIN Malang sumber ilmu itu dari ayat Kauniyah juga Kauliyah (Alquran dan Sunnah). Sehingga Mahasiswa UIN lebih kaya secara meteri keilmuan.
Selain itu, UIN Malang bermaksud mengantarkan Mahasiswanya menjadi sosok yang Ulul Albab, yang dalam surat Ali Imron ayat 190-191 itu dijelaskan jika seorang yang Ulul Albab itu adalah integrasi antara Dizkr, Fikr, dan Bekerja secara Profesional, tidak dikotomis seperti sekarang ini. Itulah hal yang membedakan Pendidikan Islam dengan Pendidikan Umum. “Dengan konsep yang integratif itulah Islam akan mampu membangun Peradaban yang lebih ramah dan unggul, karena Ilmu yang dipelajari oleh Umat Islam justru semakin membuat bijaksana dalam memandang hidup dan memahami kebesaran Allah” ujar Abah Imam
Rektor kelahiran kota trenggalek itu juga menceritakan pengalamannya ketika pergi ke Rusia, kala itu Ia mendapat cerita yang mencengangkan saat mengetahui ada Masjid bernama Ir. Soekarno di Rusia. Ia mendapat cerita, jika dulu Pak Karno pernah diajak berkeliling pusat riset dan pengembangan ilmu pengetahuan di Rusia oleh Presiden Rusia kala itu Kurchof. Setelah selesai berkeliling melihat pusat riset dan pengembangan ilmu pengetahuan itu, Presiden Kurchof bertanya kepada Pak Karno “apa kesan yang anda dapatkan?” dengan ringan Pak Karno menjawab “Tidak ada”.
Presiden Rusia itu lalu bertanya, “bagaimana mungkin tidak ada kesan sementara Negara anda baru merdeka dan belum punya apa-apa?” lalu Soekarno menjawab “Memang benar Negara anda besar dan ilmu pengetahuannya maju, tapi anda tidak tahu jawaban mendasar atas ini semua. Darimana, tugas apa, dan mau kemana kemajuan seperti ini akan dibawa? Jawaban itu hanya ada di kitab suci, Kami sebagai Muslim mendapatkan jawabannya di Alquran, saudara kita yang Nasrani mendapatkan jawaban di Injil. Anda tidak punya Alquran, Injil, maupun Taurat.”
Mendengar keterangan Soekarno itu Presiden Kurchof merasa gusar dan kemudian membongkar gudang raksasa disalah satu kota di Rusia dan membangun sebuah masjid dengan arsitektur Turki yang kemudian diberi nama Masjid Ir. Soekarno. Cerita itu tidak lain adalah bahwa tujuan atas Ilmu pengetahuan yang maju dan Peradaban yang besar itu adalah pada Kitab suci.
“Maka, Islam itu sesungguhnya tidak hanya menjadi Alternatif Peradaban tapi adalah Peradaban utama dan paling unggul dari yang lainnya jika bisa menangkap lima misi besar tadi,” pungkasnya
Mentalitas Umat Perlu dibangun
Sementara menurut Basri, jika Islam ingin kembali mengukir kemajuan dan Peradaban yang gemilang, maka harus dimulai dari membangun mentalitas Umatnya. Menurutnya, salah satu penyebab Islam itu mundur adalah karena mentalitas Umat yang rapuh. Salah satunya, adalah ketika Negara-negara Islam dengan mudah dijajah dan ditaklukkan oleh Musuh. Seperti halnya Bani Abbasiyah yang berhasil dikalahkan oleh Mongol, padahal Mongol adalah sebuah Negara yang berada sebelah utara Cina, jarak antara Mongol dan Bagdad adalah sekitar 3000 hingga 4000 kilometer. Selain itu banyaknya Negara Islam yang dijajah termasuk Indonesia, adalah karena Umat Islam rapuh dari dalamnya sendiri.
“Mentalitas Umat Islam itu yang rapuh karena dengan mudah dijajah dan dikalahkan, kalau dari dalam Umat Islam itu sendiri kuat maka tidak akan mungkin mudah ditaklukkan, seperti contoh Thailand yang tidak pernah dijajah karena mereka kuat,” jelasnya
Menurut Doktor lulusan Amerika itu, kemajuan Islam dahulu itu adalah karena adanya Penerjemahan sekaligus Inovasi ilmu pengetahuan serta menjadikan Alquran sebagai sumber Teori yang kemudian mampu dikembangkan menjadi Teori yang keluar dari rahim intelektual Muslim. “Peradaban Islam sendiri itu merupakan hasil dari penerjemahan dan inovasi yang dilakukan oleh ilmuan-ilmuan muslim dari Peradaban Yunani, seperti karya-karya Socrates, Aristoteles, Plato dan sebagainya,” tuturnya
Al Quran sebagai kitab Agung harusnya dikembangkan menjadi sebuah teori, tidak hanya menjadikannya konfirmasi atas temuan-temuan yang ada. Maka, dengan begitu Islam sendiri akan mengalami kemajuan dan entitas keilmuannya akan diakui. Seperti contoh Abdul Kadir Khan, tokoh Nuklir itu.
Menurut ketua Prodi Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim itu, yang menghambat kemajuan Islam itu adalah paham yang tertutup atau Radikalisme yang tidak mau menerima perbedaan. Sehingga akan memunculkan egoisme Idiologi yang menyebabkan Umat terpecah belah.
Selain itu, Para Pemimpin Muslim juga sibuk dalam pergolakan politik. Hanya memikirkan jabatan sehingga melupakan Umat. Ini menyebabkan Islam terbengkalai dan kemajuan Islam pun tersandra oleh kepentingan jabatan. “seperti halnya para pejabat di Negara Muslim kini, hanya berfikir pada jabatannya, tidak pernah peduli dengan nasib saudaranya,” tuturnya
Perihal ditanya apakah Islam akan menjadi Peradaban berikutnya ketika barat runtuh, ia mengatakan perlu untuk direnungkan kembali, melihat kondisi Umat Islam kini. Ia menjelaskan dulu ketika masih menjadi Mahasiswa banyak kalangan Muslim yang optimis jika Peradaban akan bergerak dari barat ke Dunia Muslim, “Namun jika kita melihat kini Peradaban seakan bergerak kea rah timur, yaitu China bukan Negara-negara Muslim. Itulah kenapa apakah Islam akan mampu menjadi Peradaban selanjutnya adalah sebuah tanda Tanya besar,” ungkapnya
Peradaban itu Cycle, awalnya dimulai dari Yunani yaitu pada abad 5-3 SM yang melahirkan tokoh-tokoh seperti Aristoteles, Plato dan sebagainya. Namun sekarang Yunani bukan apa-apa, bahkan mengalami krisis. setelah itu Peradaban mengalami stagnansi dan kemudian diambil alih oleh Islam sekitar abad 7 M yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Alfarabi, Ibnu Sina dan sebagainya. Lalu pasca runtuhnya kerajaan Abbasiyah Eropa mengalami Renaisance yang beberapa abad kemudian memunculkan reformasi dinegera-negara eropa seperti Martin Luther (jerman), Calvinisme (Prancis).
Sementara kebangkitan eropa kala itu diimbangi dengan Teknologi dan Informasi yang pesat. Hingga sekarang kiblat Ilmu Pengetahuan berada di Negara-negara barat. Jika Islam ingin menjadi alternatif yang akan meneruskan Peradaban barat, maka hal itu perlu direnungkan. Namun kita harus tetap yakin jika Islam itu adalah Agama yang agung.
Lebih baik Umat Islam berfikir bagaimana memperbaiki mentalitas dirinya dan terus bekerja melakukan inovasi, serta bersifat terbuka dan toleran kepada sesama, maka dengan sendirinya Peradaban Islam akan mengalami kemajuan.
Silaturahim Akademik Perlu ditingkatkan
Sementara menurut Isti’anah, secara politik Islam itu justru mengalami kemajuan. Itu terbukti ketika Abasiyah runtuh, ada Umaiyah di Spayol, Umaiyah runtuh ada Fatimiyah dan seterusnya. Maka, secara grafik perpolitikan sebenarnya Islam mengalami kemajuan. Namun, jika secara ilmu pengetahuan dan bagaimana memahami nilai-nilai Islam bisa jadi mengalami kemudunduran.
Ada dua kunci jika Peradaban Islam ingin kembali maju. Pertama, adalah meningkatkan silaturahim akademik dan kedua, adalah mencari Pemimpin yang cinta Ilmu. Hari ini silturahim akademik sudah mulai luntur. Di dunia kampus saja, Mahasiswa kebanyakan bersikap pasif, dan menunggu dosen memberikan instruksi. Padahal jika kita melihat pada Jaman dulu, Imam Bukhari misalkan. “Untuk mencari tahu satu hadits saja rela pergi ribuan kilo dan selama berbulan-bulan.” tuturnya
Selain itu ulama terdahulu, Umumnya sangat aktif berguru pada ahli ilmu, bahkan rela melakukan perjalanan jauh keluar negaranya untuk mencari sang guru, padahal dulu transportasi tidak secanggih sekarang ini. Maka silaturahim akademik kini yang terasa kurang sekali. Mahasiswa harusnya aktif dalam meuntut ilmu.
Kini Umat Islam juga jarang memiliki Pemimpin yang cinta ilmu. Padahal dulu, ketika masa bani Umaiyah dan Abbasiyah, para Pemimpinnya sangat cinta ilmu, salah satunya seperti Harun Ar rasyid, Al Makmun, yang kemudian membuat sebuah pusat ilmu yang bernama baitul Hikmah. Sehingga dua kunci itu, Silaturahim Akademik dan Pemimpin yang Cinta Ilmu yang mampu mengangkat kembali Islam menjadi Peradaban.
Masyarakat kini juga terkotak-kotak oleh aliran dan idiologi yang berkembang, sehingga membuat tidak bersatunya Umat Islam. Hal ini berbeda dengan masa dulu, jaman segitiga emas: Umaiyah, Abbasiyah dan Spanyol yang benar-benar bersatu tanpa harus melihat latar belakang golongan yang ada. Para Pendidik pun juga kurang familiar dengan pemikiran-pemikiran Ulama Muslim sehingga lebih PD mengenalkan nama-nama barat yang membuat khazanah intelektual Islam sendiri menjadi agak terasing.
Alumnus Universitas Muhammadiyah Malang itu juga menegaskan jika Peradaban tidak selalu dikaitkan dengan Teknologi dan Informasi. Peradaban jika diambil dari akar kata yang berarti Adab yaitu berarti beradab yang artinya baik, maka makana Peradaban adalah sebuah hal yang mampu memberikan kebaikan dan kesejahteraan. IT bisa menjadi Peradaban jika bisa membuat manusia semakin beradab, bukan sebaliknya. Jadi harus dibedakan antara Peradaban dan Kebudayaan. IT bisa jadi hasil dari budaya intelektual tapi belum tentu membuat manusia lebih beradab.
Penulis buku Sejarah dan Peradaban Islam ini juga Optimis jika Islam bisa kembali menjadi Peradaban yang unggul. Ia yakin akan teori cycle, dari tanah kembali ke tanah. Steven coffey pernah mengatakan jika nanti akan terjadi masa kebijaksanaan. Sekarang eropa dan Amerika tengah mengalami krisis, bisa jadi karena kondisi ini akan menimbulkan perenungan yang kemudian membuat mereka mengambil kebijaksanaan, “ditakutkan, disaat Barat tengah menuju masa kebijaksanaan, justru Islam masih berkubang untuk menjadi Masyarakat IT. Kalau begini Islam jelas akan tertinggal lagi.” pungkasnya
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini