Pertama kali menjadi pemateri DAD. Saya membawakan materi ke-IMM-an. Mungkin karena basic saya yang suka sejarah. Sehingga, apresiasi terhadap materi-materi sejarah bisa lebih terakomodir. Selanjutnya, saya pernah juga mengisi materi Gerakan Mahasiwa, yang orientasinya lebih ke sejarah pergerakan mahasiswa. Sekali, pernah mengisi materi ke-Islaman. Namun yang paling sering, adalah mengisi materi logika berfikir.
Mengisi materi ke-IMM-an atau Germa, bagi saya lebih mudah daripada mengisi materi ke-Islaman atau logika berfikir. Karena ke-IMM-an dan Germa lebih membicarakan soal sejarah. Tinggal baca beberapa literatur, dan menyimpulkan kembali dalam bentuk slide dan sedikit penjelasan verbal. Sesekali dibumbui dengan interpretasi.
Mengisi materi ke-Islaman pun hanya sekali. Setelah itu, saya tidak bersedia kembali. Karena menurut saya, masih banyak yang lebih paham dengan materi itu dan bisa lebih mengeksplorasi. Pernah juga saya diminta mengisi materi pedoman administrasi. Tentu saya langsung menolak, dan merekomendasikan ke yang lebih konsen ke hal-hal seperti itu.
Mengisi materi logika berfikir, sebenarnya gampang-gampang susah. Materi logika berfikir ini secara umum mengajak peserta untuk bernalar kritis. Diharapkan, setelah mengikuti materi logika berfikir, peserta mampu membuat sebuah konstruksi berupa peluru pertanyaan. Secara umum, Logika berfikir mengajak kader untuk menjadi kepo.
Namun kepo dalam artian yang lebih ilmiah. Materi Logika berfikir ini sejenis bekal bagi peserta untuk melalui materi-materi selanjutnya. Kalau peserta DAD sudah mulai kepo, maka mereka akan mampu bertanya banyak hal ketika materi Ke-Islaman, Ke-Muhammadiyah, Ke-IMM-an dll. Intinya. Materi logika berfikir harus mampu membuka alam pikiran para peserta DAD untuk rajin bertanya. Karena bertanya, adalah simbol logis dari pemahaman, atau ciri orang yang menuju taraf pemahaman terhadap suatu materi.
Selain itu, logika berfikir sedikit banyak pasti nyerempetke kajian-kajian filsafat. Misalkan yang paling basic, adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Logika kebenaran, dan seperangkat dalil agama, karena forumnya di dalam IMM, organisasi yang secara eksplisit menyebut dirinya berideologi Islam. Ada upaya yang tidak mudah ketika harus menarik filsafat (barat) dalam kerangka Islam yang lebih ketat. Akan menjadi perbincangan panjang, jika ada peserta yang menanyakan tentang ketuhanan.
Mengisi materi logika berfikir, tentu menjadi tantangan yang lumayan bagi saya. Lebih sulit dari mengisi materi ke-IMM-an, Germa, atau bahkan ke-Islaman. Karena Logika berfikir adalah “ilmu alat”. Bukan seperangkat definisi, atau catatan sejarah yang bisa di re-telling ulang ke peserta.
Hari jum’at (21/11/14) kemarin, adalah kali ke-8 saya membawakan materi logika berfikir. Sudah 4 kali pula saya memperbaharui slide materi. Dan angka 8 sepertinya cukup. Meskipun ketika menjadi MOT, saya sempat meniadakan materi logika berfikir. Tetapi materi itu kembali muncul dan saya mendapatkan kesempatan untuk membawakannya.
Terima kasih atas kepercayaan teman-teman panitia dan instruktur yang telah menunjuk saya sebagai pemateri logika berfikir. Saya banyak belajar dan tentunya “berfikir” agar materi tersebut selalu nampak have fun. Terlepas dari kekurangannya, tentu sangat manusiawi sekali.
Semoga DAD kedepan, muncul pemateri-pemateri logika berfikir yang baru. Jayalah IMM Jaya. Fastabiqul Khoirot.
Bulukerto, 21 November 2014
A Fahrizal Aziz
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini