(Studi Gerakan R. Ng. KH. Ahmad Dahlan)
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat, sedangkan Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa hubungan akal, atau sesuatu yang tertanam di dalam jiwa dari hal-hal yang berulang kali terjadi dan diterima tabiat. Mengulangi melakukan sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu berdekatan. Kebiasaan juga berarti keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatanya tanpa berpikir menimbang.
Awal mula Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah merupakan sebuah reaksi terhadap kondisi umat Islam di Hindia Belanda terutama di jawa yang dinilai tidak mampu meghadapi tantangan zaman karena lemah dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut Buya Hamka, ada tiga faktor yang melemahkan Umat Islam, yang dinilai Ahmad Dahlan agak memprihatinkan, yaitu kebodohan, kemiskinan dan kondisi pendidikan Islam yang sangat kuno, sehingga tidak mampu bersaing dengan sekolah sekolah Missi dan Zending. Karena itu semua kegiatannya di sebut “amal-usaha” yang mengandung arti sebagai ikhtiar (usaha) sehingga semua kegiatan ritual Islam berfungsi langsung bagi perbaikan hidup masyarakat.
Pada era sebelum Muhammadiyah berdiri, lembaga lembaga pendidikan islam tidak lagi memproduksi kader kader yang memenuhi tuntutan zaman. Umat Islam kebanyakan hidup dalam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berfikir secara dogmatis, mereka berada dalam konservativisme, formalisme dan terkurung dalam pengaruh tradisionalisme. Maka dari itu, seorang Kiai Kauman “pengasuh langgar kidul” melakukan ijtihad gerakan, yang gunanya untuk kemajuan serta menggembirakan ajaran Agama Islam. Kiai Dahlan, melakukan aktivitas yang di anggap “nyeleneh” oleh kebanyakan orang. Di anggap nyeleneh karena waktu itu baru Kiai Dahlan yang melakukan aktivitas agama Islam seperti itu. Aktivitas aktivitas tersebut antara lain:
1. Di masa Kiai Ahmad Dahlan di lakukan kegiatan guru keliling atau guru desa, kalau istilah sekarang di sebut pengajian. Menurut Geertz, kegiatan tersebut menjadi tradisi pemeluk Islam terutama yang tergolong kaum santri.
2. Selain pengajian rutin, di hari besar Islam seperti Isra mi'raj, hijrah, puasa ramadhan, bulan haji di selenggarakan juga pengajian dengan skala besar. Di kemudian hari di kenal dengan Tabligh akbar.
3. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah menggerakkan seluruh pemeluk Islam (laki laki dan perempuan) untuk melaksanakan sholad hari raya (idul fitri dan idul adha) ke tempat tempat terbuka (tanah lapang). Sholad Dua hari raya Islam dikelola oleh panitia,pengelolaannya juga sama dengan pengelolaan masjid, di tenah terbuka itu juga di beri garis melintang sebagai tanda shaf.
4. KH . Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah membentuk panitia zakat fitrah di kemudian hari disebut lembaga amil zakat infaq shodaqoh (LAZIS). Dimasa sekarang kegiatan serupa di lakukan oleh seluruh Ormas Islam. Saat ini banyak badan amil zakat yang mengembangkan gerakan sosial berbasis zakat, contohnya : menyediakan ambulan bagi orang sakit atau jenazah, mendirikan taman baca, mendirikan team SAR, dls.
5. KH . Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah menggerakkan anak anak muslim laki laki dan perempuan untuk memasuki sekolah yang ada. Kini tidak ada anak perempuan yang dilarang sekolah, Disini letak kepedulian Muhammadiyah terhadap kaum perempuan, dan tidak ada lagi yang melarang masuk ke sekolah umum yang dulu di haramkan. Lembaga pendidikan Islam modern bahkan menjadi ciri utama kelahiran Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam modern inilah yang sekarang diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan Umat Islam secara umum, langkah ini pada masa lalu merupakan gerakanpembaruan yang suskses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar muslim, kalau istilah IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)adalah cendekiawan-cendekiawan berpribadi.
6. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah mengelola perjalanan Haji secara modern dengan mendirikan kapal haji yang kini dikelola Departemen agama. Pada Era Ahmad Dahlan, Muhammadiyah berniat membeli Kapal Motor khusus untuk kepentingan haji, tapi di tolak oleh pemerintah Belanda.
7. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah mempelopori pendidikan modern yakni menyatukan pengajaran agama dan pengajaran umum dengan ruang kelas yang memakai bangku dan papan tulis.
8. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah menjadi pelopor kegiatan sosial dari rumah sakit hingga panti asuhan yatim piatu, dari pertanian hingga perekonomian dan perbankan, dari mencarikan jodoh sampai penyiapan jenjang perkawinan, rumah korban perang, rumah orang terlantar, rumah jompo dan pondok pelajar yang kesemuanya itu dikenal dengan penolong kesengsaraan umum (PKO/U).
9. Pada masa itu Kiai Ahmad dahlan adalah tokoh lintas agama, lintas suku dan lintas budaya. Kala itu kiai Ahmad Dahlan menjadi guru di sekolah umum yang didirikan belanda, menjadi anggota jamiat al khair, menjadi anggota SI (sarekat islam) serta menjadi anggota istimewa perkumpulan BU (budi utomo). Hal ini membuktikan bahwa muhammadiyah itu tidak bersifat esklusif, tetapi Inklusif dan terbuka.
10. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah adalah pelopor pengelolaan Masjid secara modern dengan stuktur kepengurusan yang jelas.
11. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah menjadi pelopor penyediaan ta'jil di masjid masjid menjelang buka puasa.
12. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhamnadiyah menggerakkan penggunaan bahasa lokal dalam setiap khutbah, baik khutbah jumat ataupun khutbah hari raya. Menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkan, MA (sejarawan dan budayawan Muhammadiyah), seringkali isi khutbah dan pengajian KH. Ahmad Dahlan mengandung kritik atas suatu kebijakan politik atau berita yang yang sekali waktu menggerakkan masyarakat melakukan suatu tindakan serentak.
13. KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah adalah pelopor kegiatan kepanduan di kalangan umat Islam yang di sebut kepanduan Hizbul Wathan. Sampai saat ini kepanduan Hizbul Wathon masih eksis walaupun pada era orde baru sempat di bekukan. Tokoh yang paling terkenal hasil dari didikan HIzbul Wathon adalah Mbah Gesang (maestro music keroncong) dan Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Pada masa itu apa yang di lakukan Kiai Ahmad Dahlan melalui muhammadiyah adalah sesuatu yang luar biasa karena sebelumnya masyarakat atau Umat Islam Indonesia belum melakukan kegiatan serupa. Kini kegiatan Muhammadiyah tersebut sudah menjadi aktivitas rutin Umat Islam di Indonesia.
Dari data di atas dapat di katakan bahwa secara kultural pemeluk Islam di Indonesia adalah pengikut Muhammadiyah walaupun secara formal sebagai anggota Nahdlatul ulama (NU) atau organisasi lain.
Sangat wajar sekali bila saya mengatakan "MUHAMMADIYAH ADALAH INDUK AKTIVITAS UMAT ISLAM DI INDONESIA DAN R. NG . KH. AHMAD DAHLAN SEBAGAI PELOPORNYA”
Blitar, 2 desember 2015
____________________
*Khabib Mulya Ajiwidodo adalah mantan ketua PC. IMM Kediri (Periode 2010-2011), Ketua Bidang kader PD Pemuda Muhammadiyah Kota Blitar (Periode 2015 sampai sekarang) dan Pimpinan Redaksi Srengenge Online.
bisa dihubungi lewat emai : widodoaji79@yahoo.com , bbm D14E1072 , dan NO HP/ WA 081331418034
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini