Waktu masih mahasiswa baru, saya dan beberapa teman sering ngrasani mahasiswa asal Rusia dan Thailand yang sering melaksanakan sholat di Masjid dengan baju sekedarnya. Misal, mahasiswa Rusia sering ada yang sholat dengan kaos ketat serta celana jeans yang ketat pula. Mahasiswa Thailand ada juga yang sholat jamaah menggunakan jersey arsenal.
Beda lagi dengan mahasiswa Sudan atau Arab yang selalu menggunakan jubah serba putih. Tidak hanya pas sholat, pas kuliah pun juga. Bahkan, ketika melihat banyaknya mahasiswa menggunakan batik, dikiranya itu baju perempuan karena ada motif-motifnya.
Mahasiswa Rusia dan Thailand itu kemudian ditegur oleh salah satu musyrif (pendamping mahasantri) bahwa kalau ke masjid usahakan menggunakan baju yang sopan. Ternyata, ukuran sopan masing-masing daerah memang berbeda.
Mahasiswa asal Sudan dan Arab tadi merasa bahwa batik yang serba motif-motif itu juga tidak sopan untuk digunakan sholat. Karena menurutnya, sholat itu harus melambangkan kepolosan, sebagaimana orang meninggal, yang mayat hanya dibungkus kain kafan yang warnanya putih polos. Termasuk baju koko atau yang sering kita sebut busana muslim tapi bermotif, menurut mereka juga kurang sopan.
Berbeda lagi dengan orang Rusia dan Thailand tadi, ukuran sopan di daerah mereka adalah yang menutupi aurat. Meskipun menggunakan jersey bola misalkan, selama menutupi aurat, dalam arti bawahannya pakai celana, bagi mereka itu sudah sopan. Tidak ada istilah busana muslim disana. Busana muslim itu ya yang menutup aurat, apapun jenisnya. Tidak harus baju koko seperti di Indonesia.
Bahkan, perempuan muslim di Rusia dan beberapa negara di eropa, untuk melaksanakan sholat tidak perlu menggunakan mukena seperti di Indonesia. mereka bisa melaksanakan sholat hanya dengan jilbab, kemeja lengan panjang, rok dan kaos kaki.
Sementara kalau di Tiongkok, baju koko justru menjadi kostum khas perguruan kungfu. Kata koko sendiri diambil dari panggilan orang-orang sana.
Jadi, etika berpakaian di setiap negara ternyata berbeda-beda. Tidak mutlak. Ada etika yang didasarkan pada ajaran tekstual, katakanlah soal batasan aurat tadi. Ada etika yang dikonstruksi oleh produk tertentu, katakanlah baju koko tadi, ada pula etika yang di konstruksi oleh budaya, seperti jubah panjang dan polos tadi. Di Indonesia, selain baju koko juga ada sarung dan kopyah/peci. (*)
Blitar, 5 Januari 2016
A Fahrizal Aziz
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini