Bermuhammadiyah Ala Soekarno
Muhammadiyah Boleh membanggakan dirinya bahwa Presiden pertama Indonesia adalah salah satu aktivis Muhammadiyah, Beliau adalah Dr. Ir. Soekarno. Sejak muda beliau sudah mengagumi sosok KH. Ahmad Dahlan, ketika di bengkulu menikahi aktiv “Aisiyah, di tempat sama juga pernha menjadi ketua bagian pengajaran Muhammadiyah bengkulu serta ketika sakit ada tiga hal yang selalu ditanyakan soekarno, yaitu kabar Negara, kabar keluarganya dan kabar muhammadiyah.
Sekilas melihat riwayat sejarah di atas, terlihat Soekarno adalah sosok Muhammadiyah fanatik, akan tetapi bagaimana sesungguhnya Soekarno dalam berMuhammadiyah? Apakah Soekarno selalu patuh dan taat terhadap Muhammadiyah?, apakah Soekarno selalu menganggap Muhammadiyah paling benar?. Dan Apakah Soekarno pernah mengkritik Muhammadiyah?,.
Mari kita pahami bersama, bagaimana Soekarno dalam ber Muhammadiyah ?
Suatu ketika pada awal 1939, Soekarno pernah meninggalkan rapat Muhammadiyah karena di sebuah sudut ruangan dipasang tabor untuk memisahkan kaum wanita dan kaum pria. Soekarno berpendapat bahwa tabir itu sebagai lambing perbudakan kaum wanita. Ia menjelaskan :
“Allah melarang orang mencuri. Kenapa tidak semua rumah ditutup rapat saja, agar semua orang tidak bisa mencuri? Atau Allah melarang orang berdusta, kenapa kita tidak menjahit saja mulut kita agar supaya kita tidak berdusta?, nah ! begitulah duduknya dengan pandang memandang antara laki-laki dan perempuan. Dilarang pandang memandang bila tidak perlu, tetapi tidak diperintahkan bertabir !. masing-masing orang harus menjaga hati dan matanya sendiri”
Pada waktu dan acara yang berbeda Soekarno mengatakan bahwa dirinya masuk di Muhammadiyah untuk mengabdi kepada Islam, dan tidak serta merta mumufakati semua yang ada di Muhammadiyah. Lebih jelasnya Ia mengatakan:
“dari H. Mansur c.s saya percaya akan datang banyak perubahan. Di dalam konferensi pengajaran daerah bengkulu, saya pernah katakana, bahwa janganlah orang mengira. Saya akan ikut saja semua aliran yang ada di dalam Muhammadiyah. Saya ingin menjadi satu motor evolusi !, sejarah dunia menunjukkan bahwa selkamanya da perjuangan dan dialektik antara kuno dan muda, antara ortodoksi daan evolusi, antara kolot dan modern.
Islam sejati mau mengangkat derajat perempuan, akan tetapi ortodoksi menjadi rem besar bagi evolusinya perempuan itu. Orang yang memberantas ortodoksi itu selamanya mendapat rintangan. Bagi saya tabir adalah satu symbol perbudakan, yang tidak dikehendaki oleh Islam. H. Sujak bersama dengan Tuan Semaun Bakri pun berkata, bahwa tabir itu pun tidak perlu. Bahkan beliau menceritakan, bahwa H. dahlan marhum pun berpendapat begitu”.
Memang soekarno sangat perhatian sekali terhadap Muhammadiyah modern dalam menerjemahkan ajaran islam, tapi Soekarno juga di tdak menampik bahwa di Muhammadiyah sendiri masih ada elemen-elemen yang ia pandang masih kolot sekali.
Begitulah berMuhammadiyah ala Soekarno. Beliau BerMuhammadiyah tidak membati buta, tidak taqlid terhadap Muhammadiyah, Soekarno BerMuhammadiyah secara wajar. dan satu lagi yang pasti bahwa Soekarno makin lama makin cinta terhadap Muhammadiyah (Red.S)
______
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini