Dalam sejarah yang berkembang, Imam Bukhori wafat di Samarkand atau daerah Uzbekistan. Negara itu dulunya berada dalam payung kekuasaan Uni Soviet, sebuah negara adidaya yang sangat kuat kala itu. Disaat yang sama pula, terjadi perang dingin antar dua blok yang sama-sama kuat. Blok Uni Soviet dan Amerika Serikat. Uni Soviet dibawah kepemimpinan Nikita Sergeyevich Khrushchev sangat membutuhkan dukungan Indonesia. Maka Khrushchev berniat mengundang Soekarno ke Moskow pada tahun 1961.
Undangan diplomatik yang sebenarnya merupakan bagian penting dalam hubungan antar negara tersebut ternyata dibaca Soekarno dengan sangat jitu. Sebagai Presiden dengan wawasan yang luas, Soekarno tahu jika Imam Bukhori, yang merupakan perawai hadits termasyur dalam Islam tersebut dimakamkan di salah satu wilayah kekuasaan Uni Soviet. Soekarno pun membuat satu permintaan kepada Nikita Sergeyevich Khrushchev. Jika permintaan tersebut tidak dipenuhi, Soekarno tidak mau menginjakkan kaki di negara beruang putih itu.
Syaratnya, Pemerintah Uni Soviet harus menemukan makam Imam Bukhori. Permintaan itu pun dipenuhi. Dengan susah payah Khrushchev memerintahkan anak buahnya untuk menyisir semua tempat di Uni Soviet agar menemukan makam Imam Bukhori, sampai akhirnya berhasil ditemukan dengan kondisi yang tidak terawat. Makam itu kemudian dipugar menjadi lebih indah.
Setelah berhasil menemukan makam Imam Bukhori, Khrushchev kemudian menghubungi Soekarno dan Presiden pertama RI itupun terbang ke Moskow dan menyempatkan diri berziarah ke makam Imam Bukhori. Cerita bahwa Soekarno lah yang memintakan itu kepada Pemerintah Uni Soviet pun menyebar, sehingga nama Soekarno sangat dihormati di daerah itu sampai saat ini.
Beberapa peziarah dari Indonesia pun mendapatkan kesan khusus ketika berziarah kesana, nama Soekarno selalu dikenang sebagai pemimpin yang sangat peduli dengan Islam dan tokoh-tokoh pentingnya. (red.s)
*dari berbagai sumber
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini