Mengenal Widji Thukul dan Makna Puisinya
(bagian kedua, habis)
Ketika dalam pelariannya sebagai aktivis yang di kejar kejar aparat karenan menuntut keadilan dari penguasa, widji thukul menulis secari puisi yang berjudul “aku masih utuh dan kata kata belum binasa”
Aku bukan artis pembuat berita
Tapi aku memang selalu menjadi kabar buruk buat penguasa
Puisiku bukan puisi
Tapi kata-kata gelap
Yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan
Ia tak mati-mati, meski bola mataku diganti
Ia tak mati-mati, meski bercerai dengan rumah
Ditusuk-tusuk sepi, ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
Kata-kata itu selalu menagih
Padaku ia selalu berkata, kau masih hidup
Aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa
(Wiji Thukul.18 juni 1997)
Puisiku bukan puisi
Tapi kata-kata gelap
Yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan
Ia tak mati-mati, meski bola mataku diganti
Ia tak mati-mati, meski bercerai dengan rumah
Ditusuk-tusuk sepi, ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
Kata-kata itu selalu menagih
Padaku ia selalu berkata, kau masih hidup
Aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa
(Wiji Thukul.18 juni 1997)
Puisi yang ditulis pada tanggal 18 juni 1997 di atas, adalah ikhitiyar perlawanan widji thukul di kala sempit “waktu itu dalam pelarian”. ”Aku memang masih utuh dan kata-kata belum binasa”, Bagi thukul, perlawanan itu tidak harus dengan fisik, akan tetapi perlawanan juga bisa memalui tulisan, dalam hal ini adalah puisi. Memang, secemerlang apapun ide seseorang, kalau tidak di tuangkan dalam tulisan maka itu akan sia-sia, karenan hanya sedikit orang yang mengetahui ide tersebut. Syaidina Ali bisa kita jadikan bahan renungan: “Ikatlah ilmu itu dengan tulisan, agar ia tidak menguap ditelan zaman”. Bahkan Napoleon Bonaparte (15 Agustus 1769 – 5 Mei 1821), sang penguasa Prancis ini pernah berkata; “Seribu mariam tidak akan membuat aku mundur dari peperangan, tetapi satu ujung pena membuatku berpikir seribu kali untuk melawan.”.
buku yang mengisahkan tentang wiji Thukul
Pertama Ia menghilang pada peristiwa 7 Juli 1997 di depan kantor PDI Perjuangan di Solo, Thukul menghilang dalam waktu yang lama, tetapi kemudian ia muncul lagi dan sesekali ia masih bisa menulis puisi untuk anaknya “ Fitri Nganthi Wani. pada 12 agustus 1996 Inilah Puisi untuk anaknya itu.
Wani,
bapakmu harus pergi
kalau teman-temanmu tanya
kenapa bapakmu dicari-cari polisi
jawab saja:
”karena bapakku... orang berani”
kalau nanti ibu didatangi polisi lagi
menangislah sekuatmu
biar tetangga mengira
dan mengira ada pencuri
masuk rumah kita
bapakmu harus pergi
kalau teman-temanmu tanya
kenapa bapakmu dicari-cari polisi
jawab saja:
”karena bapakku... orang berani”
kalau nanti ibu didatangi polisi lagi
menangislah sekuatmu
biar tetangga mengira
dan mengira ada pencuri
masuk rumah kita
Wiji Thukul dikenal dengan penyair kerakyatan, sebab sebagian besar puisinya ditulis dengan bahasa yang merakyat. Cara penulisan puisi seperti ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang selalu dihadapinya, masalah ekonomi yang susah, masalah lingkungannya yang juga sudah sudah, sehingga dengan begitu muncullah puisi-puisi yang bertema “menggugat” kemiskinan. Ia tahu benar rasa dan arti kemiskinan, kesengsaraana, karena ia juga seorang yang sengsara. pertama ia di lahirkan dari golongan bawah, ayahnya seorang penarik becak, dan Thukul sendiri pernah bekerja di berbagai tempat untuk sekedar menyambung hidupnya. Bahkan sekolahnyapun kandas karena kesulitan ekonomi. Maka dari itu puisi-puisi Thukul di thulis dengan keringat dan darah, coba bayangkan bagaimana seorang penyair punya puisi seperti ini.
Kau lempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap
kausiksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras
kau paksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak
darah sudah kau teteskan
dari bibirku
luka sudah kau bilurkan
ke sekujur tubuhku
cahaya sudah kau rampas
dari biji mataku
derita sudah naik seleher
kau
menindas
sampai
di luar batas
(17 november 1996)
salah satu dokumen, tulisan asli wiji thukul
Ada yang berharap widji thukul bisa muncul kembali, terutama ketika megawati berkuasa, banyak orang berharap, ketika penyerbuan kantor kantor PDIP 27 juli 97 itu, dimana widji thukul mengalami nasib malangnya, harapan banyak orang kasus widji thukul segera di tuntaskan, agar widji thukul segera kembali ke pangkuan keluarganya. Tetapi hgal itu tidak terjadi, kita semua kecewa.
Pesan dari hilangnya widji thukul adalah,perubahan rezim di Indonesia tidak berarti ada kemajuan dalam pemulihan hak – hak warga negara yang sudah di rampas. Indonesia bukannya negara dimana para penguasanya sungguh- sungguh dalam menyibakkan kabut tebal, yaitu kabut tentang hilangnya para aktifis karena melawan rezim
Apa saja penghargaan yang pernah di terima widji Thukul?
- Tahun 1989, ia di undang membaca puisi di kedutaan besdar Jerman di jakartta, oleh Goethe Institute
- Tahun 1991, ia tampil ngamen puisi pada pasar malam puisi di erasmus huis, pusat kebudayaan belanda, kantior perwakilan di jakarta.
Di tahun yang sama, Ia memperoleh Wertheim encourage award yang diberikan wertheim stichting Belanda, bersama WS Rendra.
- Tahun 2002, di anugerahi penghargaan “Yap Thiam Hien award” Di tahun ini pula film dokumenter tentang widji thukul dibuat oleh Tinuk Yampoisky.
(selesai)
_______________
_______________
Penulis :
Khabib M Ajiwidodo
Ia pernah menjadi aktivis Mahasiswa, sekarang aktif di paguyuban srengenge, menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Srengenge Online
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini