Kurang lebih setahun ini saya bergumul dengan teman-teman IMM Blitar, bermula dari perbincangan sederhana di kedai susu perempatan kawi bersama tiga orang hebat yang menjadi pendiri IMM Blitar : Kang Khabib, Kang Atim, dan Ibnu. Perbincangan mengalir sedemikian adanya, meski itu adalah pertemuan pertama. Perbincangan terjadi sekitar bulan september 2015, pasca lebaran idul adha.
Setelah itu saya masuk group WA IMM Blitar, berkenalan dengan para pengurus yang hampir kesemuanya perempuan. Termasuk dengan Sukma yang kala itu sebagai Sekretaris Umum. Kelahiran IMM Blitar dua tahun sebelumnya memang gegap gempita, diperbincangkan secara luas tidak saja di media, tapi juga di obrolan-obrolan internal IMM sendiri, termasuk di Malang, tempat saya berada.
Meski pada bulan-bulan itu, kondisi IMM Blitar secara organisasi ternyata sedang lesu pasca pergantian kepengurusan. Namun pendirian IMM Cabang Blitar sendiri ditopang oleh orang-orang yang punya komitment tinggi. DPD misalkan, dibawah kepemimpinan Kang Najih Prasetyo, secara telaten mengawal berdirinya IMM Blitar, bahkan rela bolak-balik ke Blitar. Juga support dari IMM luar kota seperti Kediri, Nganjuk, Malang, dlsb.
Menurut informasi dari Kang Khabib, diskusi pendirian IMM Blitar terjadi tanggal 20 November 2013, yang pada akhirnya juga ditetapkan sebagai hari kelahiran. Beberapa yang terlibat, selain dari DPD IMM Jatim, juga dari Pemuda Muhammadiyah Blitar dan PD IPM Blitar, yang kemudian disupport penuh oleh Ayahanda/Ibunda di Muhammadiyah, termasuk Pelantikan perdana yang bersamaan dengan Milad Muhammadiyah di Nglegok, Kab. Blitar.
Itu berarti, 20 November 2016 ini usia IMM Blitar tepat 3 tahun. Usia yang masih sangat muda. Dalam tiga tahun ini setidaknya sudah 3 kali berganti kepengurusan, meski pergantian ketiga bersifat emergency. Seingat saya terjadi beberapa kali pertemuan di Taman Kebonrojo sampai akhirnya, Sukma –yang saat itu Sekum—bersedia naik menjadi Ketua Umum. Disaat itupula terjadi sedikit perombakan kepengurusan, sampai kini perlahan-lahan bangkit kembali dengan kemasan yang baru, dengan menata organisasi, termasuk pendirian komisariat di dua kampus.
Momentum bangkitnya kembali IMM Blitar semakin spesial karena dihadiri oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr. Abdul Muthi, M.Ed pada Januari 2015 silam, hadir pula Immawan Taufan Putrev Korompot yang saat ini mejabat sebagai Ketua Umum DPP IMM. Setelah itu dilantiklah pengurus baru. Komplit! Perlahan-lahan, secara struktural ditata.
Setelah organisasi tertata, tentu yang paling penting adalah perkaderan. Beberapa pengurus yang sudah ikut DAD (Darul Arqam Dasar), diupayakan ikut DAM (Darul Arqam Madya), agar wawasan perihal ke-IMM-an, maupun Kebangsaannya lebih luas. Beberapa pengurus yang mungkin belum ikut DAD, diupayakan ikut DAD dulu. Memang seharusnya semua pengurus minimal sudah DAD, bahkan di beberapa Cabang Kota lain, ada persyaratan harus ikut DAM.
Karena beberapa kondisi, termasuk kondisi alam waktu itu, dimana ketika tengah berlangsung DAD di tahun 2014, gunung kelud meletus, membuat tidak semua pengurus IMM Blitar ikut DAD secara formal. Namun setidaknya sudah belajar secara Umum tentang ke-IMM-an, baik dari DPD maupun dari senior seperti Kang Khabib, dll. Semoga agenda terdekat, sebelum pergantian pengurus baru, IMM Blitar sudah mengadakan DAD untuk kader-kader baru calon pengurus Komisariat, sehingga ada regenerasi.
Membangun kaderisasi IMM di Kota Blitar memang tidak mudah. Selain tidak adanya kampus Muhammadiyah, euforia gerakan juga tidak terlalu kentara. Apalagi, syarat menjadi kader IMM adalah Mahasiswa, dimana kampus yang ada di Blitar raya saja bisa dihitung jari, belum lagi minat mahasiswa untuk berorganisasi, ditambah berorganisasi dibawah label “Mahasiswa Muhammadiyah”.
Meski secara kuantitas tidak mengalami peningkatan signifikan, namun kehadiran IMM (disamping IPM) tentu sangat penting, mengingat kedua Ortom inilah yang masih eksis mengadakan proses recruitment/perkaderan. Terkhusus IMM, yang nanti akan mencetak sarjana-sarjana Muhammadiyah, tentu posisinya sangat strategis untuk mengelola Organisasi di masa depan, termasuk dengan amal usaha yang makin bejibun. Kebutuhan akan tenaga pendidik, tenaga medis, hingga tenaga administratif yang mereka tidak saja memiliki kualifikasi dibidangnya, namun juga pernah berproses di dalam Muhammadiyah.
Yang tak kalah penting difikirkan, memasuki tahun ke-4 ini, siapa kiranya yang nanti akan menggantikan Sukma Ulihuna sebagai Ketua Umum? Karena itu menjadi pertaruhan penting. Sekaligus mengukur sejauh mana proses perkaderan yang selama ini dijalankan, apakah sudah menghasilkan beberapa kader yang secara kualifikasi mampu meneruskan tonggak kepemimpinan IMM, tidak saja secara struktural-organisasi, tapi juga secara ideologis. Karena pemahaman atas ideologi itulah yang akan menjadi ide/idea dalam menjalankan gerakan IMM.
Akhirnya, selamat ulang tahun ke-3, selamat menempuh tahun ke-4. Semoga tetap Istiqomah dalam membentuk Akademisi Muslim yang berakhlak mulia, menjadi ortom yang produktif menghasilkan amal-amal ilmiah, yang sudah jarang dihasilkan karena mungkin energinya banyak terforsir untuk mengelola amal usaha. (*)
Blitar, 20 November 2016
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini