Oleh Taufan Zulfikar
Chapter 1 Menganalisa Data
“3 Hal yang selalu menjadi
rebutan di dunia: Harta, Tahta, dan Quota” ada yang pernah nemu banner
begituan di jalan? Atau di warung pulsa, mungkin? Yup, itu adalah salah satu iklan
provider internet indonesia. Negeri subur promo internet termurah nan penuh eksotisme
iklan Quota.
Di zaman data dan informasi yang
semakin padat-merayap seperti sekarang, perspektif orang juga sudah beda gaya.
Jika dulu bakulers, misalnya, harus rempong bagaimana menjual barang laris
dengan bikin brosur, banner dan lain sebagainya, kini cukup bukak aplikasi
wordart dan pictart, klik tampilan yang diingini, geser kanan-kiri kotak editor
kata, pilih warna dan jenis fontnya, bubuhkan rasa vanila atau rasa ingin
kembali padanya (hayyah...), share ke media sosial, beres sudah.
Jomblo
juga begitu. Jika dulu perlu berjam-jam dandan saat sesi foto kenalan, geser
rambut kiri-kanan mirip Andi law atau tom hank, gaya jabrik atau gaya mohack,
kini semua lebih efisien. Jepret seadanya, edit background dan gambarnya, atur
pencahaan sedemikian rupa, bumbuhi kecap dan mayo(nase), abragadabra, jerawat
hilang, bisul raib, tampang putih relevan, gampang saja.
Di
dunia politik tak jauh beda. Untuk menjadi gubernur tidak perlu berangkat dari
titik mula didukung oleh sekian ribu jiwa. NO, its not time, soub. Bukan
lagi zamannya. Tinggal beli tool yang bisa menggandakan akun media sosial, buat fake account sebanyak yang bisa
diterima, klik auto poster dan auto like, beri kesan seakan-akan banyak yang
share dan like, taburkan janji-janji manis secukupnya, dan “abragadabra”, semua
seperti nyata.
Tapi tak
kandani, cak, Menurut bakul telo setempat, semua hal diatas mustahil akan
terjadi bila pelakunya tuna quota. Termasuk bakul telonya itu. Dia termasuk
bakul yang melek IT, makanya bisa jadi sumber ilmiah. Pelaku langsung.
Pengguna Internet di Indonesia
Dari
tahun ketahun pengguna internet di Indonesia selalu bertambah dan bertamabah.
Menurut data dari Asosiasi Pengguna Jaringan Internet Indonesia (APJII) tidak
kurang dari 88.1 jiwa pada tahun 2015 yang lalu. Kalau negeri kita pendudukanya
ada 250 juta, berati berapa persennya itu? banyak pesen lah ya. Sekitar hampir
30%nya.
Cuman,
mau tahu apa yang paling sering di akses? Web Islam? Web Sains? Web Teknologi?
Web Book? hehe, itu mah maunya kita. Tapi nyatanya survey membuktikan bahwa
dari 88.1 juta itu tidak kurang dari 87.4%nya yang mengakses media sosial.
Yah,
Berarti generasi kita generasi menye-menye dong? Generasi alay-jablay gitu ya? Et et et, stop!!! Alay kalau kita masih
berdiam diri disini dan bengong sok tidak berdosa. Jablai kalau kitanya cuci
tangan dan abai begitu saja. Jadi, mari cuci tangan dan cuci kaki, lalu kita
siapkan peluru-peluru dakwah yang membara.
Da’i Kelas Dunia Berjuta Follower Vs
Tweet Ramalan Indonesia
Dalam
ilmu branding ada istilah yang disebut persona. Pendeknya doi adalah sebutan
bagi kumpulan identitas dan ciri yang kita kenalkan ke masyarakat sebagai “nama
panggil” memori mereka. Taruh saja brand (tittttt...) Aqu* sebagai raja di
bidang air minum mineral. Ketika kita membutuhkan air minum mineral, baik
gelasan ataupun botolan, maka yang langsung terpikir oleh kita adalah nama
brand tersebut. Meskipun kadang kenyataanya yang kita beli misalnya adalah
merek lainnya.
Akan
halnya dengan produk minuman sebagaimana tersebut diatas, dakwah juga begitu.
Kita harus mulai membuat sketsa citra yang ingin kita jual ke pasar (mad’u)
sehingga ketika disebut organisasi atau ustadz organisasi kita maka yang
tergambar dalam benak mereka adalah kita.
Sebuah
situs
Islam merilis 8 da’i kelas dunia dengan berjuta follower. Berikut adalah nama
ulama tersebut dengan jumlah followernya. 1) Dr. Muhammad al-arefi dengan
12.738.328 follower 2)Dr. Aidh Alqorni dengan dengan 10.041.924 3) Syeh Misyari
Rasyid dengan 7.673.652 4) Syeh Salman Audah dengan 7.038. 939 5) Syeh Nabil
Alawdy dengan 6.395.116 6) Syeh Tariq Suwaidan dengan 5.238.074 7) Syeh Salih
Almughamsy dengan 4.340.970 dan 8) Habib Ali aljufry dengan 2.230.926 follower.
Sementara itu ada 3 ulama’ atau dai
dari indonesia yang mempunyai follower terbanyak. 1) Ustadz Yusuf Mansur dengan
2.189.185 follower, 2) Ustadz Abdullah Gimnastiar 1.543.730 follower 3) Ustadz Felix Siaw dengan
1.455.871 follower.
Sampai sini mungkin kita bisa sedikit
berbangga karena ada beberapa dai atau ustadz dari Indonesia yang mempunyai
follower yang banyak. Karena pastinya dengan begitu banyak pula kan yang akan
membaca setiap postingan bernilai Islam dari beliau.
Tapi, iya ada tapinya, pada saat yang
sama saya coba mencari nama pribadi dan organisasi yang mempunyai follower
terbanyak di twitter. Dan anda tahu siapa akun twitter indonesia dengan
follower terbanyak? 1) Agnez Mo dengan 12 juta follower 2) Tweet Ramalan dengan
9.7 juta Follower dan 3) Raditya dika dengan
9.3 follower.
Anda Bisa baca? Ya, R-A-M-A-L-A-N.
Jika data mewakili segala perasaan dan pemikiran kita, maka ya itulah kita.
Itulah Kenyataan masyarakat kita. Ustadz Yusuf mansur, AA gym dan Felix siaw
luluh kalah telak dihadapan follower Tweet Ramalan. Sampai disini apa yang anda
Fikirkan??? (bersambung....)
Wallahu A’lam Bish showab....
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini