Oleh: Nofi Taufani Zulfikar
Abad 21 adalah abad yang diplokamirkan oleh para pemikir dan Ulama’ Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Setelah sekian lama kaum muslim tak ada gaungnya, setelah sekian lama para ilmuan barat mendomonasi nama-nama dibuku-buku pelajaran kita, banyak orang Islam lupa dan bahkan ada yag merasakan extase dalam kelupaannya, bahwa Agama ini(Islam) pernah punya peradaban yang membentang-menggenggam sepertiga lebih luas bumi kita. Dari Eropa utara hingga timur Asia, dari Cina hingga Cordoba, menaklukkan peradaban romawi, yunani, dan negeri para singa, Persia.
Tak selesai sampai disitu, ternyata Keadaan umat Islam yang meninggalkan ghiroh ke-Islamanya ini diperparah dengan serbuan pemikiran Barat yang dibawa oleh para kaum Imperialis dengan 3 tujuan utamanya; God, Glory and Gold, (Tuhan, Kejayaan dan kekuasaan) Maka semakin pudarlah sisa-sisa Iman yang tak lagi seberapa itu. Lalu pelan-pelan terbuktilah sekali lagi sebuah hepotesa dr Ibnu kholdun: “Mereka (kaum-kaum) yang kalah akan cenderung menjadi pengekor dari penakluknya”.
Sementara banyak orang Islam terhegemoni oleh kemegahan peradaban yang meterialis, mulai dari cara berbusana bahkan cara mengeja alif-ba’-ta’nya, Tuhan belum melupakan janjinya. Lewat lidah Rasululloh shollallahu alaihi wasallam yang dijamin akan kebenaran katanya itu, pelan-pelan semangat kegamaan kaum Muslim berlabuh dari perjalanan panjangnya menemukan jati diri. Dan untuk itu semua, dilahirkanlah Mujaddid-Mujaddid yang berjuang menegakkan kembali ajaran-ajaran Islam yang benyak dilupakan oleh penganutnya. Kemudian lahirah Nama-nama seperti Jamaluddin al-afghani, Muhammad abduh, Rasyid Ridho, syeh Muhammad bin abdil wahab, sir Muhammad Iqbal, Muhammad amin asy-syinqithi, syeh Nashiruddin al-Albani, syeh taqiyyuddin an-nabhani, syeh yusuf qordhowi, syeh Abu A’la al-maududi, syeh Hasan at-turobi, syeh Sa’id hawwa, syeh al-ghozali, Harun yahya, dan lain-lain, dengan tujuan yang sama (sekalipun dengan metode yang berbeda). Sohowwah Islamiyyah. Kebangkitan Islam.
The Dark Age
Jika dengan kebencian yang tak tertahan, lalu
frederick Nithzce mengumumkan kematian Tuhan dalam bukunya Zarathustra,
kemudian david hume mengumumkan belasungkawanya atas kematian yang
dikumandangkan Nitzhce, dan marx menyumbangkan pendapat gilanya dengan
mengatakan: Agama itu candu, maka Dunia seakan menyambut gembira dengan keadaan
ini. Pesta dimulai. Lalu, bisa ditebak alurnya. Nafsu dimana-mana menjadi raja.
Akal disanjung-sanjung karena telah berhasil mengusir Tuhan dari tahtanya, Dan
pada kesempatan yang kritis seperti inilah, Darwin mengemukakan bualannya yang
terkenal itu: Manusia adalah turunan Kera. Ajaib.
Nitze, david hume, karl marx hanya segelintir orang yang terpengaruh oleh perceraian agama dan dunia yang digaungkan oleh tokoh-tokoh abad pertengahan. Diantara Tokoh-tokohnya yang popular sebagai penggerak terlahirnya peradaban Auflarung adalah: Dante aleghiera (1265-1321), Lorenzo falla (1405-1457) di Roma, Niccollo Machiavelli (1469-1527) di italia, Baccacio (1313-1375) di Itali, Fransesco petrarca (1304-1374) di Itali, dan Erasmus di Perancis.
Sementara alasan inti (magnum opus)dari gerakan tersebut berawal dari sentimen para pemeluk Agama terhadapap Otoritas gereja yang dianggap kebablasan. Zaman itu adalah zaman yang serba kacau karena pemuka agama gereja saat itu dianggap representasi absolute dari kekuasaan tuhan. Sementara bible adalah undang-undang yang tak menerima interupsi apapun, sekalipun untuk urusan ilmu-ilmu yang secara alamiah memang diharuskan mengalami pertumbuhan dan kematangan usia.
Zaman itu adalah, zaman dimana banyak
Ilmuan menjadi bulan-bulanan gereja karena punya pendapat yang dianggap
nyeleneh dengan apa yang dikatakan Bible. Dan keadaan ini akan terus berlarut
hingga pada titik jenuhnya(the dark age). Kemudian berangsur-angsur, nanti
barat akan bangkit kembali dengan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh
mereka adalah Merevisi kitabnya, dan lalu lahirlah periode pemisahan antara
kuasa dunia dan Tuhan. Penyapihan antara otoritas Agama dan kenegaraan. Zaman
itulah (Kebangkitan dari masa-masa kelamnya) yang kemudian disebut dengan
renaissance. Diktum yang terkenal pada saat itu adalah “Serahkan hak tuhan pada
Tuhan, dan hak raja kepada raja”. Orang barat mengistilahkannya dengan NOVUS
ORDO SECLORUM. Era baru Sekularisme.
Islam di Zaman Kegelapan Barat John L. Esposito dalam bukunya yang berjudul “The Islamic threat: Myth or Reality” dalam sub bahasan tentang Peradaban Islam, menyebutkan keunggulan peradaban Islam saat itu. Zaman itu, katanya, adalah zaman dimana kaum Muslim bukanlah kaum yang hanya punya tujuan besar menyebarkan agamanya ke seluruh penjuru dunia. Akan tetapi juga merekalah sosok-sosok rajin dalam belajar dalam berbagai bidang keilmuan. Karena itu, pada zaman dimana orang barat sedang diera kegelapannya, di Negara kaum Muslim banyak sekali perpustakaan yang tidak hanya berisi buku-buku keagamaan. Akan tetapi, perpustakaan kala itu adalah miniature peradaban dengan bermacam buku kedokteran, ilmu pengetahuan, filsafat barat dan timur yang telah diterjemahkan secara besar-besaran menjadi koleksi perpustakaan dunia islam kala itu.
Zaman penerjemahan itu diikuti oleh suatu periode kreativitas besar dari para pemikir-pemikir muslim yang kemudian melahirkan banyak Ilmuan yang bukan saja diakui di dunia Islam, tapi juga di dunia barat. Sebut saja ibnu sina (avicena), ibnu rusyd (averous), jabir bin hayyan, al-farobi, yang buku-bukunya dikaji dan dditeliti oleh orang-orang barat saat itu, hingga banyak dari meraka yang akhirnya nanti menjadi sarjana-sarjana barat yang menjadi penggerkan abad pencerahan.
Bahkan, saking majunya peradaban kaum Muslim kala itu, sebagaiamana yang dituturkan Dr. adian husaini dalam tulisannya yang berjudul Averoisme yang diterbitkan di situs insistent, menceritakan; pada saat itu bahkan banyak dari Cendikiawan barat yang sangat terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran yang di gagas oleh ibnu rusyd, sampai-sampai pernah dulu terlahir golongan Pemikir barat yang menyebut diri mereka sebagai golongan averoisme.
Kejayaan Yang dipergilirkan
“ Alif laam miim. Bangsa Romawi telah
dikalahkan. Dinegeri yang terdekat. Dan mereka setelah kekalahannya itu akan
menang. Dalam beberapa tahun lagi bagi Alloh lah urusan sebelum dan setelah
(mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa romawi) itu, bergembiralah
orang-orang beriman. Karena pertolongan Alloh. Dia menoloang siapa saja yang
dia kehendaki. Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang” (QS.30:1-5).
Ada hepotesa menarik yang pernah digagas oleh bapak Ilmu sosialisme yang menjadi salah satu ulama tersohor ini. Orang banyak lebih mengenalnya dengan sebutan Ibnu kholdun. Beliau dalam bukunya yang terkenal itu (Muqoddimah), membuat sebuah teori yang akhirnya banyak menarik para sejarawan baik dari Timur ataupun Barat untuk menelitinya. Teori itu biasa disebut dengan the cicle of civilization atau Siklus peradaban.
Teori ini mengatakan, bahwa sebuah peradaban
punya daur hidup yang unik. Mirip dengan siklus pada makhluk hidup lainnya. Ia
Lahir(born), kemudian tumbuh(growt), eksis (exist), lalu punah (dead). Jika kita perhatikan betul-betul,
teori ini bisa dikatakan tidak sepenuhnya benar. Anda ingat dengan peradaban
Sumeria? Kemana mereka sekarang? Anda ingat Peradaban Mesir Kuno? Kemana mereka
sekarang selain jejak-jejaknya. Anda ingat tentang suku maya? Ia sekarang hanya
hidup di cerita-cerita. Beberapa peradaban memang akhirnya Punah tak berbekas
kecuali artefak-artefaknya. Tapi hokum itu (ternyata) tak berlaku bagi
peradaban lainnya.
Masih ingat pembahasan kita diatas tentang renaissance? Renaissance itu bukanlah gerakan dengan gagasan yang sama sekali original dan baru. Karena sebetulnya Renaissance itu adalah gerakan pemikiran yang ingin menghidupkan kembali kejayaan barat sebagaimana dulu kejayaan romawi dan yunani yang pernah exist. Jadi barat dengan teori Renaissancenya itu hanya repacking pemikiran dan gagasan yang sudah pernah terlahir dulunya dan kemudian vakum lalu ingin dihidupkan kembali dengan semangat dan penerapan yang disesuaikan dengan zamannya.
Sama dengan renaissance, Islam juga merupakan
peradaban yang secara organisatoris dan otoritas politik telah rubuh bersamaan
dengan runtuhnya kekhilafahan Islam. Akan tetapi kerubuhannya ini bukan sebuah
kematian. Karena sekalipun pemerintahan yang menaungi kaum muslim telah rubuh,
umat Islam masih exist, bahkan dalam decade terakhir mengalami pertumbuhan yang
pesat.
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
tentang akan datangnya kembali kekhilafahan diatas metode kenabian (khilafah
‘ala manhajin Nubuwwah), kemudian juga hadist yang menerangkan tentang akan
masuknya Islam kerumah-rumah manusia mulai timur hingga barat, dan beberpa
dalil yang menerangkan tentang kebangkitan Agama Islam adalah salah satu
motivasi bagi para ulama’ dan cendikiawan Muslim untuk menyerukan kebangkitan
Islam setelah negeri-negeri kaum Muslim di invasi besar-besaran oleh orang
barat. Dan kemudian seruan ini mencapai titik kulminasinya setelah hancurnya
kekhilafahan terakhir (ottoman)oleh penghianatan at-taturk.
Karena itu, jika dulu kekaisaran Romawi dan
Yunani sebagai representasi dari peradaban pernah juga memimpin dunia sebelum
akhirnya Kaum Muslim menggantikannya, kini siapapun tau, siapapun sadar,
kepemimpinan peradaban didunia ini dipegang oleh Barat dalam berbagai seginya.
Barat menguasai Perekonomian Dunia, Barat menguasai Teknologi paling mutakhir,
Barat yang paling maju dalam bidang penelitian, dan barat juga yang secara umum
menguasai banyak Ilmu pemgetahuan yang bahkan secara absurd dipelajari oleh
orang Islam. Sekalipun bertentangan dengan keyakinannya.
The Renaissance Islamic of Economic
Al-Qur’an sejak awal telah memerintahkan agar
setiap orang yang beriman untuk menjadi muslim yang kaffah. Tidak
setengah-setengah. Karena itu tidak lah patut bagi orang-orang yang beriman
untuk mengambil sebagian dari ayat-ayat dan membuang ayat-ayat lainnya.
Semangat berislam secara Kaffah inilah yang
kemudian kita saksikan sedang diperjuangkan oleh berbagai Ulama dan Ummat Islam
diseluruh penjuru dunia. Baik itu dalam hal politik, hokum, bahkan juga
Ekonomi. Dan perjuangan ini bukan tanpa tantangan. Bahkan tantangan selalu
mengancam disetiap perjalanan. Dan entah telah berapa banyak Ummat yang menjadi
korban ketika memperjuangkan keyakinannya ini.
Khusus dalam bidang Ekonomi, lihatlah, ketika
transaksi yang diharamkan oleh Islam dapat dengan mudah kita jumpai. Entah itu
Karena didalamnya terkandung keharaman dzat atau manfaat, seperti ghoror,
maisir dan riba yang berganti nama. Khusus untuk transaksi yang terakhir ini
(Bunga), bahkan ketika banyak Lembaga pengkajian Islam mengharamkannya karena
merupakan wujud yang sama dengan Riba, ternyata banyak dari kalangan Islam
sendiri yang menggembosi dan menolak mentah fatwa-fatwa tersebut.
Upaya untuk menghidup-hidupkan kembali Muamalah
Islam sebagai kelengkapan dari perjuangan menerjemahkan perintah ber-Islam
secara sempurna inilah yang mengilhami para pemikir-pemikir Ekonomi Islam
seperti Umar Chapra, haidar naqvi, Nejatulloh as-siddiqui, Akbar Ali, Abdul
Mannan, Monzer kaf, Fadzlur Rahman dll. Untuk mengambil tongkat estafet, demi
meneruskan perjuangan para Ulama’-Ulama’ sebelumnya.
Di Indonesia, dimana penduduk negerinya dihuni
oleh Ummat yang mayoritas beragam Islam ini, gerakan Kebangkitan Islam juga
mengilhami para pejuang Iqtishod Islam untuk membumikan Muamalah yang sesuai
dengan Islam. Nama-nama seperti; Muhammad Syafi’I Antonio, Dawam raharjo,
Adiwarman Karim, Suroso Imam Djazuli, M. akhyar Adnan dan Muhammad adalah
tokoh-tokoh yang mengambil Estafet perjuangan membumikan Muamalah Islam yang
sebelumnya diperjuangkan oleh Serikat Dagang Islam yang waktu itu dirintis oleh
Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905 dan kemudian berkembang di Surabaya
pada tahun 1912 dengan diprakarsai oleh HOS Cokro Aminoto dan Ali syari’ati.
Gayung bersambut, di Indonesia, semangat
memasyarakatkan Muamalah Islam ini ditandai dengan dibukanya program study
Ekonomi Islam di UNAIR (S3), UII di program Magisternya (Tahun 1997) dan Tazkia
dengan program Muamalahnya (Tahun 1997). Kemudian perkembangan ini semakin
menggembirakan dengan ditandai banyaknya Perguruan Tinggi di Indonesia yang
membuka Jurusan dan Program study Ekonomi Islam.
Perjuangan Belum Berakhir
Sekian banyak orang yang beranggapan bahwa Ekonomi
Islam atau lebih tepatnya Iqtishod Islam tidak lebih dari Bank Islam (atau
sebagian menyebutnya Bank syariah) dan Koperasi syariah dan atau BMT. Tidak,
Ekonomi Islam tidak hanya itu. Ekonomi Islam adalah system dan tata nilai yang
mencakup seluruh kegiatan Muamalah manusia. Karena itu, ekonomi Islam bukan
hanya mengatur bagaimana konsep Untung rugi (tijariyah), tapi juga (ekonomi
Islam) mengatur bagaimana seseorang bisa melakukan Ibadah social dengan manusia
dan lingkungannya (bi’ah).
Lahirnya Bank Islam dan Koperasi Islam (beserta pro dan kontranya) bukanlah akhir dari perjuangan down to earth Ekonomi Islam. Tapi dia adalah awal dari seluruh rangkaian kegiatan perjuangan peneapan muamalah Islam sebagaimana yang diperintahkan syariat kepada manusia. Dan untuk tujuan itu pulalah, Ekonomi Islam masih banyak membutuhkan darah-darah segar untuk merealisasikan cita-cita perjuangannya.
Tanyakan pada sanubari anda: “Andakah para pejuang itu?”
Wallahu a’lam bish-showab
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini