LIMA TIPOLOGI PEMIKIRAN ISLAM

LIMA TIPOLOGI PEMIKIRAN ISLAM
(berdasarkan pandangan sejarah)



Perkembangan pemikiran islam selalu mengalami perubahan dan perluasan kualitas keilmuan. Setidaknya dalam pandangan sejarah terdapat beberapa tipologi pemikiran islam berdasarkan masa dan dominasi pemikiran.

Tipologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. Dalam buku “Studi Islam Perspektif Insider/Outsider”karya M. Arfan Mu’amar dkk. hal. 133 dijelaskan mengenai tipologi-tipologi tersebut, ada 5 tipologi antara lain:

Pertama, tipe fundamentalistik, yaitu kelompok pemikiran yang mempercayai sepenuhnya doktrin islam sebagai sebuah alternatif utama kebangkitan umat manusia.

Kedua, tipe tradisionalistik / salaf, yaitu kelompok pemikiran yang memegang teguh pada tradisi-tradisi yang telah mapan dan secara kolektif, mereka melakukan islamisasi* ke segala aspek kehidupan.

*Islamisasi adalah proses konversi masyarakat menjadi Islam. Dalam penggunaan kontemporer, mungkin mengacu pada pengenaan dirasakan dari sistem sosial dan politik Islam di masyarakat dengan latar belakang sosial dan politik pribumi yang berbeda.

Ketiga, tipe reformistik, yaitu kelompok pemikiran yang berusaha merekonstruksi* ulang warisan-warisan budaya Islam dengan cara memberi tafsiran-tafsiran baru.

*Rekonstruksi adalah pengembalian sesuatu ketempatnya yang semula ; Penyusunan atau penggambaran kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun kembali sebagaimana adanya atau kejadian semula

Ke-empat, tipe post-tradisionalistik, yaitu kelompok pemikiran yang berupaya medekonstruksi* warisan-warisan budaya islam berdasarkan standart-standart modernitas.

*Dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap absolut. Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan selalu hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah. Maksudnya, anggapan-anggapan tersebut tidak mengacu kepada makna final. Anggapan-anggapan tersebut hadir sebagai jejak (trace) yang bisa dirunut pembentukannya dalam sejarah.

Kelima, tipe modernistik, yaitu kelompok pemikiran yang hanya mengakui sifat rasional ilmiah dan menolak cara pandang agama serta kecenderungan mistik yang tidak berdasarkan nalar praksis*.

*Model Praksis adalah salah satu pendekatan terhadap Teologi Kontekstual. Model ini secara intensif dibentuk oleh pengetahuan yang berasal dari aksi dan refleksi. Model Praksis membantu pengenalan akan makna dan dapat memberikan sumbangsih bagi perubahan sosial.


___________________
oleh:
Khabib Mulya Ajiwidodo
(Aktivis Muda Muhammadiyah Blitar dan Wartawan Srengenge Online)

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini