Dulu, waktu di pondok ustadz usul fiqh saya pernah
mengajarkan pada santri-santri tentang kata perintah dalam bahasa arab ('Amr). Pak ustadz mencacah kata
tersebut menjadi 3 (tiga) makna. Pertama perintah dari atasan (Tuhan) kepada
hamba yang disebut “amr”. Kedua Perintah dari orang dengan derajat yang
sama yang disebut “iltimas”. Dan yang terakhir adalah permintaan hamba
kepada yang maha tinggi atau yang disebut dengan do’a.
Jadi, cerita bermula pada tanggal 20 maret kemarin saat istri
saya berdasarkan perkiraan bidan setempat sudah akan melahirkan anak pertama
saya. Dalam keadaan cemas-cemas berharap si dedek lahir tepat waktu ternyata
sampai waktu mundur dua hari dari tanggal perkiraan si calon dedek belum juga
menunjukkan tanda-tanda.
Telat dua hari tak disangka membuat istri saya naik darah. Bukan
marah, tapi memang tekanan darahnya naik menjadi 130/80. “Wah, gawat nih”
batin saya. Karena bidan sudah hapal betul dengan kondisi pasien yang darahnya
naik begini pra lahiran, maka bu bidan dengan baik hati memberi obat agar
tanda-tanda itu sedikit ketahuan rimbanya.
Singkat cerita istri saya perutnya sakit bukan main. Semalam tidak
bisa tidur, katanya. Iya, katanya, lha wong saya tetep ngorok-ngorok saja. Sebagai
suami yang baik hati- kalau ada maunya pastinya- pagi-pagi saya balik ke dokter. Tanpa
diduga ternyata istri sudah bukaan 2 (dua)
Waktu berlalu sekitar 4 jam sampai akhirnya istri bukaan 8 (delapan)
sekitar jam 10 siang dan bertahan sampai pukul 14.00. Bu bidan dengan berat
hati melaimbaikan bendera putih sebagai tanda rujukan. Besar kemungkinan
operasi akan dilakukan.
Satu jam kemudian akhirnya saya, istri dan beberapa keluarga
sudah sampai tujuan. Istri yang selama perjalanan mengeluh sakit pembukaan tak
henti bahkan sampai ketika sudah berbaring di ruang persalinan.
Beberapa suntikan diberikan, keluhan yang awalnya renggang
kini sudah mulai panjang-panjang. Panik? Pasti. Dalam keadaan seperti itu saya bahkan
sempat membodoh-bodohkan diri karena dulu tidak mengambil jurusan kedokteran
saja. Tapi apa lacur, masuk jurusan kedokteran itu bagi saya sudah seperti
memasukkan singa dalam jarum. Berhasil doi pasti nyakar, kalau gagal pasti udah
nelen saya. Orang setengah pintar lebih
memprihatinkan dari pada setengah bodoh.
Keadaan semakin kritis ketika waktu maghrib tiba. Tidak pikir
lama saya pamit sholat maghrib dan mengajak bapak mertua dan adik ipar ikut
serta. Di sholat maghrib itulah saya menagih janji tuhan dengan hikmat. Saya ingin
menguji kata-kantaNya yang maha benar itu.
Saat itu terngiang-ngiang dikepala saya bagaimana dulu Nabi
Ibrahim alaihi salam meminta bukti keimanan kepadaNya yang akhirnya dijawab
tuntas lewat gelar perkara bagaimana menghidupkan kembali burung yang sudah
dirajang menjadi menyatu kembali. Lengkap dengan segala atribut kepala dan
seluruhh anggota badan tentu saja.
Disaat yang sama tergambar di kepala bagaiamana dulu nabi
Yunus alaihi salam berada dalam tiga lapis gelap gulita. Gelap perut, gelat
laut, dan gelap dunia. Sempurna. Tapi toh nyatanya nabi Yunus kala itu tetap
melayangkan doa-doa. Tanpa putus asa. Sampai akhirnya semua terjawab tuntas.
Dalam keadaan psikologis kurang lebih seperti itu saya
menghadap Allah. Dan coba tebak apa hasilnya? Belum terjawab. Ya, belum
terjawab sampai waktu isya’ datang. Tapi toh saya belum juga nyerah. “Lha ngapain
saya nyerah kalau dokter saja belum menyatakan operasi?”
Ok, isya’ akhirnya menjadi ruang tempur tersengit di tahun
saya kali ini. Surat-surat panjang terucapkan. Tapi panjang disini jangan
dibayangkan membaca surat Al-Baqoroh atau Ali Imran. Terlalu istimewa kalau saya
bisa hapal surat itu dengan sempurna.
Belum lagi saya selesai saya sholat isya’ tiba-tiba ponakan
saya dari luar mushola mengkhabarkan kalau bayinya sudah lahir. Normal. Walah,
hati saya lumer seketika. Tangis bercampur senyum muncul saja tanpa diminta. Disaat
itulah saya nyeletuk sama Alloh: “Guyonon jenengan nggak lucu, gusti”. Sambil
saya senyum-senyum kesemsem dengan gaya guyon Tuhan yang kadang absurd itu.
Assalamualaikum, the world. Anak pertamaku, Azzam Zulfikar.
loading...
=======================================================
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini