Perjalanan Menulis (bag. 16)



Mengelola Media Himpunan Jurusan



Sejak diterima menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan, saya ditempatkan di Divisi Kepenulisan dan Penerbitan. Programnya antara lain menerbitkan buletin, mengelola mading, dan website himpunan. Tiga aktivitas ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi saya.

Buletin pertama kali diterbitkan ketika acara Osjur (Orientasi Jurusan). Nama buletinnya El Wardah, yang artinya bunga mawar. Saya tidak bisa mengusulkan pergantian nama, karena nama itu sudah dipatenkan untuk nama buletin HMJ PGMI. Meski El Wardah lebih cocok untuk nama kosmetik, dibandingkan nama buletin.

Itu dikarenakan, hampir setiap HMJ juga menerbitkan buletin. Jika dulu ada 26 jurusan, maka muncul juga 26 nama buletin. Namun buletin HMJ tidak begitu kuat dalam mewarnai iklim Pers di kampus. Sebagian besar hanya digunakan untuk memuat berita internal organisasi, serta menampung tulisan dari anggotanya.

Begitupun dengan website dan mading. Anggota divisi hanya lima orang, tiga diantaranya adalah perempuan, sehingga tampilan mading bisa lebih rapi dan ceria. Dulu divisi kami juga mengadakan lomba mading antar kelas, yang menjadi program umum Himpunan. Dalam setiap angkatan, ada 4-5 kelas. Plus satu kelas International yang disebut ICP (International Class Program). Khusus kelas ICP, PKL-nya keluar negeri. Ke Malaysia dan Thailand.

Saya sempat mendaftar kelas tersebut, namun tidak masuk. Maklum saja, bahasa Inggris saya berantakan. Meskipun dalam tes conversation, nilai saya lumayan tinggi. Begitu pun dalam dua kali mata kuliah Bahasa Inggris, dengan dua dosen yang berbeda.

Bu Rina Sari, M.Ed selaku dosen Bahasa Inggris (I) dan Pak Abdul Aziz, Ph.D sebagai dosen Bahasa Inggris (II). Seingat saya, keduanya mendapatkan nilai A.

Untuk Pelajaran bahasa Inggris, meskipun pemahaman grammar saya kurang bagus, tapi selalu mendapatkan poin tersendiri dari guru. Misalkan, ketika Aliyah diajar Mr. Azhari, saya sering diminta maju kedepan, hanya untuk sekedar contoh percakapan.

Waktu pelajaran tambahan, dikarenakan nilai try out UN bahasa Inggris saya tidak lulus, guru les yang didatangkan sekolah dari salah satu lembaga kursus itu selalu memberi pujian. Katanya, dont be afraid to make mistakes. Saya menjadi contoh anak dengan kemampuan paspasan, tapi percaya diri kalau diminta berbicara bahasa Inggris.

Kata-kata guru les Itu selalu saya ingat. Terdengar membanggakan, tapi juga lucu. Bahkan ketika iseng ikut test promo EF di Matos, saya direkomendasikan masuk kelas Beginner. Terus kapan mau naik kelas?

***
Kepengurusan di HMJ terbilang singkat. Mei 2010 saya masuk, namun awal 2011 sudah sepi kegiatan, karena persiapan Pemilu Kampus (atau disebutnya Pemira) pada bulan maret. Salah satunya adalah memilih ketua HMJ. Namun yang mengajukan nama ketua bukan dari Jurusan, bukan pula voting antar pengurus, melainkan dari Partai Mahasiswa. Waktu itu ada tiga Partai Mahasiswa.

Sebagian besar pengurus HMJ PGMI adalah kader PMII. Sementara PMII punya partai sendiri yang bernama PKDM (Partai Kebangkitan Demokrasi Mahasiswa). Bahkan khusus kader PMII yang menjadi pengurus HMJ PGMI, sempat mengadakan voting internal siapakah yang nanti akan dicalonkan menjadi Ketua HMJ PGMI dalam pemilu.

Ketua HMJ itu diibaratkan bupati/walikota. Ketua BEM Fakultas diibaratkan gubernur. Sementara ketua BEM Universitas disebutnya Presma (Presiden Mahasiswa).

Saya bukan kader PMII, tapi saya mendukung teman satu divisi saya yang PMII. Namun dalam voting internal, teman saya tidak terpilih. Yang terpilih adalah M. Faisal Haq, yang akhirnya dicalonkan secara resmi oleh PKDM.

Lalu, dua Partai lain mencalonkan siapa?

Tak berselang lama, saya mendapatkan telepon dari pengurus Partai Pencerahan, Partai yang dimiliki oleh HMI. Kemudian mereka datang ke kontrakan, dan mengharapkan saya maju sebagai calon ketua HMJ PGMI melalui Partai Pencerahan, meskipun saya bukan kader HMI.

Di HMJ kami sebenarnya ada kader HMI, tapi entah kenapa mereka meminta saya. Meski secara kalkulasi, susah sekali mengalahkan PMII. Karena 80% pengurus HMJ PGMI adalah PMII. Juga, sebagian besar Mahasiswa UIN Malang afiliasinya ke PMII. Maklum saja jika selama bertahun-tahun PMII selalu panen kemenangan ketika musim Pemilu Kampus.

Saya pun akhirnya bersedia untuk nyalon. Saya serahkan foto copy KTM serta surat kelakukan baik dari Fakultas. Tapi saya ingin agar foto yang ditampilkan untuk kampanye, adalah foto berjaket merah IMM, organisasi dimana saya berada.

Dalam pemilu begitu, biasanya satu partai yang sama mengadakan foto bersama, dengan seragam yang sama dan background yang sama pula. Plus foto satu per satu untuk dijadikan selebaran. Biar seragam. Biar kompak. namun Pemilu kali ini, tidak ada sesi tersebut. []

Blitar, 22 Maret 2017
A Fahrizal Aziz

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini