Menjadi Ketua FLP UIN Malang
Sore yang cerah di pertengahan tahun 2012, segenap pengurus dan anggota FLP Ranting UIN Malang (selanjutnya disebut FLP Maliki) berkumpul di beranda Puskom (sekarang tax center). Sore itu acara agak sakral, yaitu pemilihan Ketua baru.
Saya berjalan dari kontrakan ke lokasi pertemuan bersama Robi Teo Aziz, anggota FLP Maliki yang sekaligus teman kontrakan. Perasaan saya agak kurang enak. Apalagi ketika Aulia Rahman Koto, anak Padang yang juga Jurnalis Inovasi tersebut, terus menghubungi saya agar cepat datang ke lokasi pertemuan.
Sebelumnya saya berharap Rahman lah yang dipilih menjadi ketua FLP Maliki, namun dia terlalu sibuk. Sebenarnya saya pun juga tak kalah sibuk. Saya harus membagi waktu untuk kuliah dan mengurus Majalah. Belum lagi disaat yang sama menjadi sekretaris Bidang Media dan Informasi PC IMM Malang. Menjadi sekretaris Al Maun Community, juga menjadi ketua Korps Instruktur Perkaderan IMM Malang raya.
Energi begitu terforsir, namun forum tetap memilih saya menjadi ketua FLP Maliki, dengan sekretaris Rizza Nasir, yang adalah adik angkatan satu jurusan, juga alumni Jurnalistik MAN 3 Kediri. Sementara Mas Hafidz Mubarak bertugas di FLP Cabang Malang.
Kepengurusan di Himpunan Mahasiswa Jurusan sudah berakhir. Dua tahun adalah waktu maksimal untuk menjadi pengurus HMJ, biasanya para ketua bidang akan melanjutkan kepengurusan ke Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Namun kala itu saya ingin fokus di Majalah Suara Akademika, fokus untuk mendalami dunia Jurnalistik, mengingat kesempatan begitu luas waktu itu.
Sejak terpilih menjadi ketua FLP Maliki, berikutnya dibuatlah struktur kepengurusan. Pengurus inti kurang dari sepuluh orang. Dengan dua pembina, yaitu Ust. Errik Koesbandono, M.Pd dan Dr. Halimy Zuhdi, M.Hum.
Ust. Errik adalah dosen Bahasa Arab, yang pernah beberapa kali mengajak mahasiswanya menerbitkan buku antologi, tentang pengalaman belajar bahasa arab. Satu tahun pertama, Mahasiswa UIN Malang memang wajib belajar bahasa arab, ada kuliah khusus setiap jam 14.00 – 20.00, Breaksore hari untuk shalat ashar dan magrib.
Sementara Ust. Halimy Zuhdi adalah dosen yang sekaligus dikenal sebagai Penyair Islami. Banyak puisi yang telah ditulis, beberapa kali saya mengikuti forum yang beliau sebagai narasumbernya.
Setelah terpilih menjadi ketua, diadakanlah pertemuan pertama bersama pembina, selepas shalat isya’. Ust. Erryk datang memberikan wejangan untuk FLP Maliki kedepan, sekaligus mempromosikan FLP Maliki ke kelas-kelas bahasa arab.
Tak berselang lama, berita tentang pergantian ketua FLP Maliki terpublikasi di Tabloid Kampus “GEMA”.
Jujur, sebenarnya saya bukan anggota yang begitu aktif di FLP Maliki sebelumnya, bahkan jarang sekali mengikuti pertemuan rutin. Sehingga agak kagok ketika muncul berbagai undangan kegiatan kepenulisan, entah yang diadakan FLP Malang atau komunitas lain, sementara saya diharapkan hadir selaku ketua FLP Maliki.
FLP Cabang Malang saat itu memiliki lima ranting, yaitu Ranting UM, UIN, UMM, UB, dan SMAN 10. Ranting UMM agak redup, meskipun disana ada cerpenis hebat bernama Ai El Afif, yang dua kali menjadi juara 1 LMCR (Lomba Menulis Cerpen Remaja) Rotho, bahkan mengalahkan Masdhar Zainal. Meskipun untuk cerpen yang dimuat ke koran, sampai saat ini Masdhar masih belum tertandingi.
Karena harus membagi waktu dan sebagainya, enam bulan pertama menjadi ketua FLP Maliki, tak banyak hal yang dilakukan, selain pertemuan rutin bedah karya. Apalagi, selama bulan desember 2012 saya harus tinggal di Pujon, Kabupaten Malang karena ada agenda magang Kemenag.
Satu bulan saya belajar bagaimana memerah susu sapi sampai dipasteurisasi, membuat tusuk sate, melihat cara bertani tomat, membuat lampu hias, sampai ke air terjun grojogan sewu, untuk belajar bagaimana menjadikan air terjun menjadi tenaga listrik micro hydro.
Bersambung ke bulan januari-Maret 2013, Saya harus Praktek Mengajar di MIN 1 Malang. Disela-sela itu, tugas Majalah masih terus berjalan, sementara kuliah sedang libur. Beberapa organisasi terbengkalai, termasuk FLP Maliki. Tapi rapat untuk rencana Open Recruitment sudah dibahas sejak bulan november 2012, dan baru terlaksana bulan April 2013.
Tak disangka, OR yang kacau balau tersebut, mempertemukan saya dengan anggota baru yang hebat-hebat, dan punya gairah menulis yang tinggi, yang akan saya ceritakan di bagian berikutnya dalam seri catatan ini. []
Blitar, 31 Maret 2017
A Fahrizal Aziz
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini