Kurang lebih sekitar 8 tahun yang lalu saya dipinjami buku
oleh seorang sahabat lama. Memang, sejak dulu kita sering hunting buku
yang aneh-aneh. Sedikit banyak buku yang kita baca merujuk Tentang “biografi
Tuhan”. Iya, biografi tuhan dalam perspektif manusia tentu.
Saya lupa nama pengarangnya, tapi saya inget banget
penulisnya adalah seorang santri pondok terkenal di Jawa Timur. Pondok Lirboyo.
Sudah pernah dengar kan? Saya bisa jamin ancur banget referensi bacaan anda
kalau sampai belum pernah mendengar pondok satu ini.
Judul bukunya cukup unik; Dan Tuhan pun Dikritik. Isinya
adalah sekumpulan catatatan pendek penulis selama beliau belajar di ponpes
tersebut. Adapun judul buku itu adalah
salah satu judul yang diambil dari artikel yang ada didalamnya.
Judul buku itu cukup unik karena seperti membalik realitas
tentang hubungan kita dengan Tuhan. Bagaimana tidak, lha wong dalam persepsi
kita Allah itu maha suci dan maha sempurna, kok kurang ajar banget sampai ada
yang mengkritik, kan aneh jadinya?.
Tapi sebelum jauh kesana, ada baiknya saya tunjukkan ayat Qur’an
yang mendasari tulisan tersebut. Demikian bunyinya:
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS. Albaqoroh:30)
Cerita bermula ketika Tuhan mengumumkan pada
Malaikat tentang penciptaan kholifah bumi. Merasa kurang sreg dengan
rencana itu Malaikat lantas mengajukan kritikan yang seolah-olah Malaikat sudah
tahu nanti akan jadi macam apa rencana tersebut jika benar dilaksanakan.
Tapi toh dasarnya Allah memang dzat yang suci
dan maha mengetahui, maka tak salah jika kemudian Allah memberi penegasan bahwa
dugaan malaikat itu meski sepintar dan secemerlang apapun ilmunya pasti kalah
hebat dengan ilmu Alloh subhanahu wata’ala.
Nenek Moyang Kita Adalah Pecinta Ilmu
Setelah kemudian Allah memberikat statement
superiornya bisa jadi malaikat masih ngedumel dan nggrundel dengan
keputusan Alloh tersebut. Mungkin dalam benaknya mereka berpikir: “jan-jane
sepinter dan sebener opo seh bocah yang dicritakke iku, sampek dibelan-belani
kaya gitu?”.
Paham dengan kondisi semacam itu, maka Alloh
tidak tinggal diam. Lantas dibuatlah semacam forum debat terbuka kaya debat
pilkada yang akhir-akhir ini kita sering lihat di tivi. Jadi ya nggak usah
ngerasa keren-keren amat kalau sekarang ada debat terbuka. Itu biasa aja. Lha wong
itu budaya ilmiah yang sudah sejak moyang kita dulu ada.
Siapa yang tahu kalau ternyata bocah yang
diragukan oleh malaikat kala itu adalah calon nabi pertama. Adam Namanya. Seorang
yang dengan bekal pengajaran langsung dari Alloh kemudian menjadi kakek moyang
manusia ini.
Alqur’an secara singkat hanya menyebutkan tentang
1 pertanyaan yang langsung dianggap bisa meng-Knouck Out keraguan malaikat. Meskipun
saya bisa menduga pasti lebih dari satu. Hal itu bisa dipahami dari kata Asma’i
hau’la’ yang bentuknya jama’. Jadi bisa saja pertanyaannya tidak hanya hanya sebatas
soal benda-benda, tapi t kemungkinan juga proses benda itu berjalan
(fungsinya).
Ayat
tersebut merekam kejadiannya demikian:
“Hai malaikat, sebutkan nama-nama benda ini
jika memang kalian adalah orang-orang yang benar?”
Mendengar pertanyaan ini para malaikat
sepertinya kelabakan, Al-baqaroh: 32 merekamnya demikian:
“Mereka menjawab: Maha suci engkau, tidak ada
pengetahuan bagi kami tentang demikian kecuali apa yang sudah Engkau ajarkan.
Sungguh, sesungguhnya engkau adalah dzat yang maha mengetahui lagi maha
bijaksana”
Kenyataan ini sungguh menakjubkan saat dijawab
oleh bocah yang diragukan oleh Malaikat itu. Al-baqaroh:33 merekamnya demikian:
“Allah berfirman: "Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?"
Nah, jika setelah membaca dan menghayati ayat
ini kita tidak tergugah untuk mewarisi semangat belajar moyang kita kala itu,
maka jangan salahkan orang lain jika orang lain sebagai pribadi ataupun
golongan dan bahkan bangsa kemudian mengungguli kita.
Pintu Surga ada 8, dan Jikapun Ada yang
Kesembilan Pasti Khusus Untuk yang Doyan Baca
Orang tua-tua kita dulu punya pribahasa tentang
orang yang malas belajar:”Jangan seperti keledai yang jatuh dilubang yang
sama” Tapi apa lacur, beginilah kita. Kita bisa mantengin hape
berlama-lama, membaca berita yang nggak jelas sumbernya tapi pas baca buku belum genap sehalaman aja udah tidur.
Menurut data terbaru dari UNESCO, minat baca
masyarakat indonesia hanya 0.001 persen. Itu artinya, setiap 1000 kepala yang
sedang kongkow-kongkow hanya satu orang saja yang doyan baca. Memprihatinkan bukan?
Hal itu berbansing terbalik dengan peminat
social media. Rata-rata orang bisa menghabiskan 6-8 jam sehari untuk bukak
Facebook atau WhatsApp dalam sehari semalam.
Jika kita berpikir hal itu hanya terjadi pada
anak-anak abage dan orang-orang rendahan, anda salah besar. Coba tanyakan pada
diri anda sendiri:”berapa judul buku dalam satu bulan yang kita baca?”
lebih konyol lagi jika ini terjadi pada seorang pendidik/guru. Bayangkan saja
jika anak-anak anda diajar oleh seorang yang sudah jadi guru 5 tahun lebih
sedang dikepalanya hanya ada sisa-sisa ingatan yang didapat dari kuliah dulu. Masih
mending kalau kuliahnya rajin. Lha kalau yang ngajar anak kita adalah tipe yang cuma nitip absen, bagaimana jadinya?
Begitu beratnya memaksakan diri membaca,
sampai-sampai saya terpikir: emang puasa itu seberat apa sih sampai punya
pintu surga sendiri? kan semua orang melakukannya. Emang seberat apa sih
sholat? Kan hampir jarang-jarang kita meninggalkannya. Lalu apa istimewanya
sampai ada pintunya sendiri?
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim diceritakan: bahwa suatu ketika sahabat Abu bakar mendengar
penuturan Rasululloh tentang banyaknya pintu surga yang berjumlah 8. Kemudian
Abu bakar bertanya: Apakah nanti ada yang dipanggil dari kedelapan pintu
tersebut? Maka dengan bahagia rasulullah menghabarkan: bahwa Abu bakar adalah
salah satunya.
Itu terjadi dizaman Rasulullah dimana orang
shalat, zakat, puasa bisa jadi terasa lebih berat dari membaca dan mencari ilmu. Nah, dizaman sekarang,
dimana membaca menjadi aktifitas yang sangat berat dilakukan, apakah nanti
tidak ada pintu surga yang akan memanggil orang yang giat membaca???
Jika memang tidak, jika disurga juga hanya
tersedia makanan, minuman, dan pasangan,dan perjumpaan dengan Tuhan dan tidak ada buku serta taman baca,
maka berbahagialah pecandu kata. Karena surgamu tidak hanya dikhirat sana, tapi
sudah kau cicipi didunia.
“dan bagi orang-orang yang takut dengan
tuhannya, maka baginya dua surga (dunia-akhirat)”
loading...
=======================================================
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini