Menumbuhkan Semangat (Ber) Saudagar




Islam mengajarkan bahwa bisnis merupakan jalan cepat untuk kaya. Rasulullah SAW, bersabda “Sembilan persepuluh sumber rezeki itu dari berdagang” (HR Tirmidzi).  Bisnis merupakan jalan cepat masuk syurga, seperti yang disampaikan Rasulullah “Pedagang yang jujur dan amanah (akan ditempatkan) beserta para nabi, shidiqien, dan para syuhada”.  Kenyataan juga ditunjukkan, bahwa Rasulullah adalah pengusaha, dan 10 sahabat Rasulullah yang dijamin masuk syurga ternyata Sembilan diantaranya adalah pedagang atau pebisnis.

Oleh Rofik Untardi*
Dari hal di atas, didapatkan betapa pentingnya sebuah  jiwa bisnis di sebuah keluarga, masyarakat, dan bahkan lebih luas lagi negara.  Kedaulatan sebuah keluarga ditentukan dari kedaulatan ekonominya, pun demikian kedaulatan sebuah masyarakat dan bangsa sangat ditentukan oleh kedaulatan ekonominya.   Muhammadiyah saat ini  menjadikan ekonomi ini sebagai pilar ketiga, setelah pendidikan dan kesehatan. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tmur berulang kali  menyatakan bahwa  PDM Kab.Blitar sebagai  pilot project ekonomi.  Hal ini menjadikan sebuah tantangan, bagaimana tantangan tersebut menjadikan sebuah peluang?

Menumbuhkan semangat bersaudagar

Jiwa bisnis yang berorientasi kepada entrepeneurship (kewirausahawanan)  dan kemandirian ditentukan oleh banyak hal. Secara intern, pengaruh dalam keluarga dan  (masyarakat)  terhadap pentingnya berbisnis. Secara ekstern, pengaruh lingkungan, kebijakan, pengaruh sosial budaya, pendidikan,dll.

Penduduk Indonesia rata–rata berpendidikan rendah, Indonesia kekurangan entrepeneurship untuk mendorong lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, Budaya kemiskinan, budaya instan, menjadi faktor yang menghambat semangat bersaudagar. Muslim di Indonesia Mayoritas dalam kuantitas dan minoritas dalam kualitas.

Ada 3 faktor utama dalam menumbuhkan semangat berusaha :

1. Financial ( kapitalisasi asset dan modal)
2. SDM ( attitude, pendidikan, intelegensia, pengalaman)
3. Jejaring Sosial ( saudara,teman,organisasi formal/non formal, media social)

Perubahan–perubahan di sekitar kita terjadi begitu sangat cepat.  Era tradisional berubah kearah era digital, pemikiran lokal berubah menjadi pemikran yang global.  Apa yang terjadi di negara lain saat ini bisa dengan mudah kita ketahui.  Tidak ada sekat–sekat. Masyarakat ekonomi Asean (MEA) sudah berjalan mulai awal 2016, akankah kita membiarkan  dan hanya menjadi penonton perubahan–perubahan itu tanpa kita ikut didalamnya (baca; mempersiapkan diri).   

Arus barang dan jasa dengan bebas keluar masuk di Negara anggota MEA.  Jangan heran, kalau disekitar kita ada usaha yang pemiliknya orang Malaysia, jangan kaget kalau disekitar kita ada usaha yang pemiliknya orang Singapura/Vietnam, dstnya.

Tidak ada jalan lain, kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik–baiknya.  Peluang usaha secara digital/online sama baiknyabahkan  lebih prospek  dibanding dengan usaha sistem konvensional.  Toko–toko  virtual menjadi ancaman serius bagi pelaku usaha konvensional, tanpa memerlukan display barang (secara fisik), tanpa mondar-mandir mengecek barang dagangan, tanpa membutuhkan tenaga kerja, dll.

Peluang sangat terbuka bagi kita, kecepatan dan ketepatan dalam mengambil peluang, serta selalu berfikir kreatif.  Mulai dari hal yang kecil, lakukan sekarang, dan mulai dari diri sendiri dan berhasil.  Sehebat apapun ide kalau tidak kita eksekusi hanyalah sebuah ide (yang ada dalam pemikiran), namun sesederhana apapun ide kalau sudah dijalankan, itu baru luar biasa.  Beribu-ribu langkah dimulai dari langkah pertama, langkah pertama menentukan langkah selanjutnya.    

Perubahan terjadi ketika kita berani keluar dari zona nyaman.  Keberanian keluar dari zona nyaman sangat menentukan keberhasilan kita.  Pernyataan semacam “takut gagal, takut capek, takut jatuh,  dan takut  ditolak, takut dihina dan takut-takut lainnya itu (tidak akan ada lagi)  Karena kita berani keluar dari zona nyaman untuk berubah.  Berani untuk mengasah kemampuan eksekusi.

Robert T.Kiyosaki dalam bukunya “The Cashflow Quadran” menyampaikan bahwa  orang yang kaya/sukses itu membangun jaringan, sedangkan yang lain mencari pekerjaan. Dalam sejarah perkembangan dan kemajuan Islam antara  lain ditopang melalui dunia bisnis, dengan bisnis kemandirian dapat diraih dengan baik. Kita harus mampu mandiri secara ekonomi maupun secara aqidah, dengan  jalan menggeluti dunia bisnis.
  
Selamat berbisnis, semoga Allah SWT meridhoi kita semua dalam berjuang membangun kemandirian  (diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa).

Billahi fi sabilihaq fastaabiqul khaerat

*) Bendahara PDM Kab. Blitar




1 Comments

  1. عمر عابدينApril 24, 2017 at 8:38 AM

    Banyak hal yg perlu di perbincangkan sambil ngopi terkait dgn hal di atas.

    ReplyDelete

Tinggalkan jejak komentar di sini