Dahulu orang bertanya tentang Paguyuban Srengenge, yang dikiranya sejenis LSM atau NGO bonafit. Kalau sudah begitu saya jawab saja, ah cuma iseng-iseng kok itu Pak.
Iseng-iseng bagaimana? Andai dialog itu terjadi secara langsung, mungkin nampak raut kebingungan. Nah, apalagi saya, ya tambah bingung.
Mulanya Paguyunan Srengenge digunakan untuk memback up IMM Blitar, terutama dalam bidang wacana. Barangkali akan dijadikam semacam laboratorium pemikiran atau wacana.
Teramat sayang, ide besar tersebut urung terealisasi, mungkin apa karena kurang dana? Ah.
Kita bikin website kecil-kecilan di srengenge.id, yang saat ini dikunjungi sekitar 140ribuan dan mungkin diback link ke beberapa situs, soalnya beberapa artikel di srengenge.id juga diambil oleh situs lain.
Soal video Youtube? Jelas beberapa video bukan milik srengenge, meski hanya diupload oleh srengenge. Seperti beberapa seri diskusi Tadarus Pemikiran Islam, itu milik JIMM dan UMM, hanya yang mengapload adalah srengenge.
Namun sering kali orang mengaitkan. Padahal tidak terkait sama sekali, kita hanya "numpang tenar" dari tokoh-tokoh yang sudah tenar seperti Prof. Amin Abdullah, Prof. Muhadjir Effendy, tokoh-tokoh JIMM, atau Dr. Pradana Boy.
Untungnya srengenge ada Kang Khabib yang suka baca dan mengais-ngais bacaan lama, yang bagi orang lain mungkin hendak dikilokan dengan harga murah. Bacaan tersebut sebagian direview dan diposting ke website.
Dan disitulah letak keunikannya, yang sekaligus menjelaskan kalau srengenge itu ada.
Soal kenapa belum bisa jadi wahana diskusi dan pengayaan wacana, jelas bukan soal dana. Dana memang penting, dan mungkin teramat penting, tapi tidak bisa membeli waktu luang.
Yang jelas hanya dibutuhkan waktu luang untuk merealisasikan hal tersebut. Dan siapa mau menghabiskan waktu luangnya untuk mengkaji wacana yang ribet bin njelimet?
Apalagi yang sudah kadung mencebur dalam rutinitas nan pelik.
Dalam beberapa hal, keterampilan itu penting, dan bukan soal dana. Dana jelas sesuatu yang berbeda, dan memang itu dibutuhkan.
Saya juga bukan orang kaya, bahkan saat ini berstatus sebagai "mahluk transisi". Tapi punya sedikit lebih banyak waktu luang. Karena itu bisa ngurus komunitas, bisa diajak ngurus ini ngurus itu.
Agar kelak ketika ditinggalkan, bisa tetep jalan. Dan apalagi, kadang manusia tidak bisa merencanakan kapan ia punya cukup waktu luang.
Blitar, 28 September 2017
Ahmad Fahrizal Aziz
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini