Islamisasi Negara Dan Islamisasi Masyarakat





Oleh.Muhammad Eko Nugroho
Direktur Penerbit Progresif

Perpolitikan memperjuangkan nasib umat Islam sekali lagi di polemikkan.Kali ini diawali oleh wartawan Jawa Pos ,Arief Afandi, dan di tanggapi oleh beberapa tokoh pemikir dan juga pelakunya.

Namun kalau kita perhatikan lebih seksama, umpan awal dari Arief itu tidak sepenuhnya tertangkap oleh sebagian penangkap itu. Arief tampaknya ingin berwacana pada tingkat srategi atau kebijakan ; sedangkan para penanggap lebih tertarik dengan persoalan personalitas pemimpin. Diskusi menjadi terpusat pada pola pikir dan perilaku Abdurrahman wahid dan Amien Rais.

Mungkin karena yang disebut srategi itu jangan - jangan memang tidak ada. Demikian kira -kira pendapat KH. Mustofa Bisri Dan,karena itu yang lebih penting adalah menilik perbedaan visi dan posisi para pemimpin yang sedang berfungsi.

Kalau kita mengartikan srategi sebagai upaya terencana lengkap dengan pernyataan tentang tujuan dan cara mencapainya dan mencari dalam wujud suatu dokumen ,mungkin tidak akan ketemu.

Tetapi kalau kita mau menelusuri kembali apa- apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin dan umat islam dalam berbagai kegiatan Organisasional maupun individu ,aktor politik bisa mengubah atau bahkan mengingkari srategi atau kebijakan yang semula dianutnya.

Berbagai srategi yang di jalankan oleh para pemimpin gerakan Islam, sebenarnya bersumber dari keprihatinan yang sama. Yaitu tentang kemiskinan dan ketertinggalan sebagian umat Islam di negeri ini. Sudah lama terkungkung oleh kebijakan diskriminatif penjajah, kemerdekaan memang memberi peluang umat islam untuk mengembangkan diri.

Tantangan besar bagi para pemimpin dan aktivis muslim adalah bagaimana memperbaiiki kondisi yang memperhatinkan itu melalui perjuangan politik ? penelusuran sejarah perjuangan umat islam Indonesia menunjukan bahwa tantangan keprihatinan yang sama itu di tanggapi dengan srategi yang berbeda ,yang masing -masing mencerminkan konteks ruang dan wagtu yang berbeda.

Seperti Arief, saya melihat ada dua srategi utama. Tetapi berbeda dengan Arief , yang mengesankan seolah – olah satu srategi ”Melalui jalur kekuasaan” sangat penting.

Apapun tujuan akhir yang hendak diperjuangkan ,setiap aktivis harus mencapai tujan yaitu antara memperoleh kemampuan orang dan proses kebijakan . Dengan kata lain,harus memperoleh kekuasaan.

Tujuan akhir seperti mengurangi kemiskinan rakyat pasti mempengarui proses kebijakan publik .Ringkasnya persoalan politik dan kekuasaan inhiren di dalam perjuangan.

Dalam pengertian ini, perjuangan politik untuk membebaskan umat islam dari kemiskinan adalah persoalan empowerment atau pemberdayaan umat, yaitu pemberian daya pada mereka ,sehingga bisa menyelesaikan persoalan hidupnya dengan lebih baik.

Dua srategi yang saya maksudkan di atas bisa dirumuskan sebagai berikut : 1. Islamisasi negara demi islamisasi masyarakat; 2. Islamisasi masyarakat dalam negara nasional. Gagasan yang mendasari kedua srategi pertama didasarkan pada gagasan bahwa negara harus mengatur kehidupan masyarakat Islam berdasar hukum Islam ; sedangkan srategi kedua justru menekankan bahwa negara seharusnya tidak terlalu banyak mengatur kehidupan masyarakat .

Dalam perjalannya kedua srategi ini mengalami pencabangan.Untuk mengambarkan marilah kita mulai dengan yang pertama.

Strategi Pertama
Tanggapan awal terhadap persoalan umat yang digambarkan tadi muncul dari para pemimpin yang yakin bahwa kehidupan masyrakat Indonesia merdeka harus mencerminkan hukum Islam .

Romantisme perjuangan masa di masa awal itu mendorong para pemimpin umat Islam untuk menerapakan kebijakan yang aktivis dan sering konfrontatif .Inilah versi konveksional dari srategi pertama. Wujudnya bermacam- macam.mulai upaya memperjuangkan pemuatan Hukum -hukum Islam dalam konstitusi dan penguasaan badan pembuat undang – undang, yaitu DPR, Sampai perjuangan fisik .

Srategi Kedua
Berbeda dengan yang pertama ,pendukung srategi ini tidak terlalu mementingkan Islamisasi negara.Agenda politiknya juga tidak formal Islam . Dan Fokusnya adalah melakukan pemberdayaan masyarakat.

Kemudian membuat masyarakat Indonesia ,yang secara demografis sebagian besar Islam ,Mampu mengembangkan diri secara otonom .perjuangan umat Islam tidak harus mengunakan simbol – simbol Formal keislaman. Walaupun karateristisasi ini tidak sepenuhnya tepat,tetapi cukup bisa mengambarkan srategi Altenatif ini.

Seperti halnya srategi pertama ,srategi kedua ini juga mengenal dua versi .yang pertama menekankan ” Srategi kebudayaan ; Sedangkan versi kedua menekankan ” Membangun kapasitas politik masyarakat ; versi pertama pertama didukung oleh para anggota generasi muda yang muncul pada 1970,an ,konsepnya adalah” sekularisasi ” Islam Yes ; Politik ,No ” yang di inginkan adalah perjuangan Islam dengan basis lebih luas ,melibatkan upaya perubahan sosio – kultural yang memungkinkan umat Islam menangapi tantangapan zaman dan bebas dari kungkungan perpolitikan lama yang ”divisive” sempit dan elitis.
______________________
Sumber Pustaka
·         Literatur buku Islam Demokrasi Atas bawah polemik srategi

·         perjuangan umat model Gusdur dan Amin Rais

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini