Pak Sutiaji, Calon Tunggal Walikota Malang?

Kasus korupsi yang diduga menjerat Walikota Malang dan seorang anggota DPRD, yang juga Calon walikota, membuat Pak Sutiaji menjadi calon tunggal. Meskipun kita belum tahu, apa langkah yang akan diambil oleh KPUD Kota Malang selepas ini, setelah dua calon lain diciduk dan ditetapkan tersangka oleh KPK.


Tiba-tiba saya teringat ceramahnya Dr. Wahyudi Winarjo, dosen FISIP UMM, yang menyatakan bahwa antara Walikota dan Wakilnya (Abah Anton dan Pak Sutiaji) sudah mengalami kerenggangan.


"Ramalan" Sosiolog UMM tersebut disampaikan akhir tahun 2013 dalam acara Workshop Riset PC IMM Malang, menyoroti kebijakan publik. Padahal seharusnya keduanya masih "bulan madu" setelah memenangkan Pilwali, mengalahkan dua Calon kuat dari PDIP dan Istri Walikota Malang waktu itu, Pak Peni Suparto (Sam Inep).


Tersangkanya Abah Anton tentu tidak kalah mengejutkan, dengan apa yang dialami Walikota Batu, Edi Rumpoko, yang malah terkena OTT. Kedua tokoh penting di Bumi Arema.


Padahal keduanya adalah tokoh entitas sosial politik yang sangat besar disitu. Sam Edi yang merupakan tokoh PDIP dan Abah Anton sebagai tokoh NU, bahkan pernah menjadi bendahara PCNU Kota Malang, yang sekaligus berdarah Tionghoa.


****
Dalam forum resmi, tiga kali saya bertemu Pak Sutiaji, yang pertama ketika menghadiri acara Kosgoro di jalan pandan, belakang KFC itu. Kedua dalam sebuah acara Ramadan di SDN Kauman dekat Alun-alun, yang waktu itu hadir juga penyanyi Yohana, yang pernah mengikuti ajang x factor.


Ketiga, ketika saya diminta teman-teman IMM Brawijaya menjadi moderator diskusi seputar Transportasi massal di Malang. Pak Sutiaji hadir sebagai narasumber, meski hanya sampai separuh acara karena banyaknya agenda lain yang perlu dihadiri.


Di lingkungan IAIN/UIN Malang, sosoknya sudah begitu dikenal. Selain sebagai alumni, Istri beliau juga salah satu pengelola kantin Ma'had putri. Bahkan aktivitas itu terus dijalankan, sekalipun sudah menjadi Istri wakil walikota.


Berbeda dengan Abah Anton yang seorang pengusaha kaya raya, Pak Sutiaji besar dari rahim pergerakan. Figurnya yang humble, dan tak terlalu protokoler. Ketika maju bersama Abah Anton dengan sebutan "AJI", memang nampak perpaduan Pengusaha dan Aktivis, sekalipun keduanya sama-sama NU.


Ketidakserasian yang diprediksi Dr. Wahyudi Winarjo dulu, mungkin terjawab ketika pada akhirnya Pak Sutiaji "bercerai" dengan Abah Anton dan maju sendiri dalam kontestasi Pilwali. Ya, sekalipun kans untuk mengalahkan Abah Anton juga tidak terlalu besar, sebab selain sebagai petahana, Abah Anton juga memiliki power finansial yang cukup.


Namun takdir memang tak pernah bisa diraba, ketika dua calon lain termasuk Abah Anton terjaring KPK. Pak Sutiaji kini menjadi calon tunggal, dan sekalipun sebagai wakil walikota (petahana) tidak masuk dalam pusaran kasus.


Tabik,


Blitar, 1 April 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini