Arti Tersembunyi dari Aksara Jawa



Srengenge - Suku Jawa memiliki bahasa dan aksara sendiri, yang didalamnya memiliki arti tersirat. Bahkan ada mitos yang berkembang di Masyarakat Jawa, bahka aksara Jawa bukan sekedar sebagai alat komunikasi, namun juga mengandung nilai hidup.

Menurut Damardjati Supadjar dalam buku Wulang Wuruk Jawa ; Mutiara Kearifan Lokal (hal. 11-13) aksara Jawa diciptakan oleh seorang bernama Ajisaka.

Aksara Jawa berbunyi Hanacaraka. Datasawala. Padajayanya. Magabathanga.

Ha Na Ca Ra Ka memiliki arti "Ana Utusaning Pangeran" atau ada utusan Tuhan.

Adanya manusia di muka bumi menunjukkan kebesaran Tuhan yang mengutus manusia untuk merawat dan melestarikan alam, atau dalam istilah jawa dikenal kalimat Hamemayu Hayuning Bawana.

Kelestarian hidup itu sendiri ada dua, kelestarian hidup manusia itu sendiri atau Hamemayu Hayuning Jagad kang Piniji serta kelestarian alam atau Hamemayu Hayuning Jagad Raya.

Da Ta Sa Wa La memiliki arti "ora bisa suwala kabeh wus ginaris kodrat" artinya, tidak bisa dipungkiri bahwa semua sudah menjadi kodrat dari Tuhan.

Pa Dha Ja Ya Nya memiliki arti, "kanti ketimbangan kang padha sak jodho anane". Artinya bahwa segala hal sudah terukur dengan seimbang dan masing-masing berpasangan.

Artinya hidup ini dicipta Tuhan dengan keteraturan masing-masing, dan menciptakannya berpasang-pasangan. Ada siang dan malam, terang-gelap, atas-bawah, laki-perempuan, bahagia-sedih, panas-dingin, hidup-mati, dst.

Sementara Ma Ga Ba Tha Nga memiliki arti "manungso kinodrat dosa, lali, luput, apes, lan mati". Bahwa manusia pasti memiliki dosa, lupa, kesalahan, kesialan, dan mati.

Orang Jawa menyadari betapa tidak adanya manusia yang sempurna, sehingga mereka yang tidak mau mengakui kekurangan dan kesalahan diri yang telah diperbuat, atau merasa paling benar, berarti telah melanggar kodratnya sebagai menusia. (Red.s)

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini