Mengenal Bentuk-bentuk Tulisan



Secara umum tulisan hanya dibagi dalam dua bentuk : puisi dan prosa.

Puisi itu yang pendek, padat, dan tersirat. Sementara prosa lebih panjang, sampai membentuk paragraf dan berlembar-lembar jumlahnya.

Meskipun belakangan ada juga puisi yang panjang menyerupai prosa, namun itu faktor lain.

Jika dilihat dari bentuknya, maka setiap tulisan yang panjang-panjang, masuk kategori prosa, entah itu cerpen, esai, berita, resensi dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana dengan penjelasan fiksi dan non fiksi?

Fiksi sering digunakan untuk kategori tulisan yang tidak berdasar fakta, alias imajinasi, fantasi, atau rekaan. Berkebalikan dengan non fiksi. Umumnya esai dan berita masuk non fiksi.

Pada pengertian di atas, seharusnya istilah fiksi atau non fiksi tidak digunakan untuk membedakan bentuk tulisan.

Misalkan, cerpen masuk kategori fiksi. Apakah selalu? Bisa saja cerpen itu diangkat dari kisah nyata. Tidak ada yang imajinatif disitu, apalagi fantasi. Begitu pun dengan puisi, atau novel-novel yang diangkat dari kisah nyata.

Dalam pengertian ini, fiksi dan non fiksi memiliki kelemahan jika digunakan untuk membagi tulisan berdasar bentuknya.

Lalu bagaimana jika ada orang menulis berita lalu isinya ngarang semua? Meskipin semua unsurnya terpenuhi, 5W+1H, tetapi peristiwa aslinya tidak ada.

Sehingga istilah fiksi dan non fiksi lebih tepat untuk membagi kategori tulisan berdasar isi/kontennya.

Bentuk-bentuk tulisan di era kini

Bentuk tulisan seringkali cukup mengganggu bagi mereka yang mulai belajar menulis. Seringkali saya sendiri harus menjelaskan dulu, dan sebenarnya itu tidak baik, karena justru bisa malah membingungkan.

Ibaratnya, montir bengkel yang disuruh membenahi kerusakan motor, tetapi motor yang mau dibenahi tidak ada, tetapi harus mengira-ngira apa kerusakannya.

Kebingungan itu makin diperparah karena banyaknya orang menulis bebas di sosial media. Bahkan seringkali yang melakukan itu adalah editor senior koran harian.

Sosial media menerabas batas formal aturan-aturan tersebut, dan celakanya mereka yang baru belajar menulis menjadikannya sebagai rujukan, bukan koran, majalah, atau media online yang masih cukup ketat menerapkan aturan kepenulisan.

Masalahnya pula, justru gaya penulisan bebas itu yang banyak diminati. Sebut saja tulisan-tulisan di Mojok.co. Sementara tulisan-tulisan yang formal dan prosedurnya ketat, dianggap monoton dan membosankan.

Membedakan Bentuk

Saya membagi pengertian antara "jenis tulisan" dan "bentuk tulisan". Fiksi dan non fiksi itu jenis tulisan. Sementara puisi, esai, berita, cerpen, resensi, itu bentuk tulisan.

Kenapa harus menyebutnya bentuk? Karena ada perbedaan dalam cara penulisan, unsur-unsur di dalamnya, konten, dan lain sebagainya yang bisa kita cari perbedaannya. Sehingga nantinya mudah menganalisis.

Bentuk tulisan, dalam analisis saya sejauh ini hanya empat : puisi, cerpen, esai, dan berita.

Dari keempatnya, yang paling mudah dibedakan adalah puisi. Jadi siapapun tahu bahwa tulisan yang dibaca adalah puisi, tanpa perlu menganalisis.

Cirinya, bahasanya lebih padat, tidak langsung menyampaikan maksud aslinya, kalimatnya bersayap, penuh majas, dan beberapa mengedepankan unsur estetika bahasa.

Begitupun dengan cerpen. Meski dari gaya bahasa, kadang ada juga esai yang mirip cerpen, atau berita yang mirip cerpen. Ada, namanya news feature.

Meski demikian, sangat mudah untuk menganalisis apakah itu cerpen atau bukan, karena cerpen wajib memiliki unsur intrinsik seperti tokoh, dialog, plot/alur, setting waktu dan tempat.

Esai dan berita tidak memiliki unsur di atas. Diantara keduanya, berita sudah begitu familiar karena bisa dibaca di koran-koran. Sehingga masyarakat tahu apakah ini berita atau bukan.

Justru bentuk esai ini yang masih membuat orang bingung. Karena selain esai, bertebaran istilah-istilah seperti artikel, opini, dan sejenisnya.

Definisi esai

Definisi esai bisa dibaca pada KBBI, namun sebelum kesana, mari kita ingat kembali pertama kali istilah esai kita dengar, yaitu pada soal ujian sekolah.

Setidaknya ada 3 jenis soal ujian, yaitu pilihan ganda, jawaban singkat, dan esai/uraian.

Sebenarnya istilah esai itu sudah lama kita kenal, yaitu menuliskan atau mengungkapkan sesuatu sepintas dari sudut pandang penulisnya.

Jadi soal esai itu melatih kemampuan intelektual siswa, sebab siswa harus mengungkapkan sesuatu dari sudut pandang mereka.

Sayangnya, yang terjadi justru tidak demikian. Banyak soal uraian/esai justru hanya tempat "menempel" ingatan yang didapat dari buku.

Opini dan Artikel

Lalu apakah opini masuk esai? Opini dalam koran, majalah, atau media online hanya nama rubrik. Bukan bentuk tulisan.

Sehingga opini adalah esai itu sendiri, karena menulis suatu subyek atau masalah dari sudut pandang penulisnya.

Begitupun dengan artikel. Mulanya artikel adalah sebutan untuk isi majalah atau tabloid. Artikel sendiri bukan bentuk tulisan, sebagaimana opini, hanya untuk menamai tulisan yang masuk di dalam majalah atau tabloid.

Artikel bisa berbentuk esai, bisa juga berita.

Esai dan Berita

Salah satu perbedaan esai dengan berita, adalah pada subyektifitas tulisan. Esai lebih subyektif, sementara berita tidak boleh. Subyektif yang dimaksud adalah adanya opini, penilaian, dan kesan dari penulisnya.

Berita hanya menuliskan berdasar fakta yang ditemukan. Tidak ada sudut pandang penulis yang disampaikan. Bahasanya pun lugas, tidak berbelit, sehingga mudah dipahami.

Sementara esai bisa menggunakan gaya bahasa yang bermacam-macam. Bisa lugas, ilmiah, atau puitik. Selengkapnya nanti akan kita bahas dalam tulisan yang khusus membahas esai.

Blitar, 18 Desember 2018
Ahmad Fahrizal Aziz

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini