Menulis itu Keren


Kamis, 19 Desember 2019

Sejak kecil saya ingin jadi penyanyi. Mungkin karena seringnya membeli majalah Chord, dan menonton tayangan musik di televisi seperti MTV dan Clear Top10.

Obsesi itu saya tuangkan dengan membuat lagu, dan menyanyikannya sendiri. Lirik saya tulis, kunci saya dapatkan lewat bass, karena saya hanya bisa memainkan bass.

Seiring berjalannya waktu, keinginan itu mulai memudar. Selain karena suara saya cukup standar, tidak bisa main musik, juga karena ada perspektif baru yang hadir dalam benak saya. Yaitu, menjadi wartawan, sebelum selanjutnya berkeinginan untuk belajar menulis.

Pertama, ingin menjadi wartawan musik, seperti Bens Leo. Apalagi saya suka membaca majalah Rolling Stone Indonesia. Suatu saat nanti ingin bekerja di sana

Beranjak Aliyah, saya bergabung dengan ekstrakurikuler Jurnalistik, bergabung menjadi reporter majalah sekolah. Ikut diklat dan pelatihan di berbagai tempat.

Meluangkan waktu untuk membuat tulisan pada sebuah buku tulis. Selain berita, cerpen, puisi, dan novel juga saya tulis. Asalkan menulis, biar terbiasa.

Menulis itu keren. Itu yang saya rasakan ketika membaca tulisan-tulisan dari tokoh-tokoh tanah air. Satu tema bisa dibidik dari berbagai macam perspektif dan sudut pandang.

Kadang ketika saya membaca sebuah tulisan, menemukan argumentasi yang jauh berbeda dari yang saya pahami selama ini. Akhirnya terjadi dialektika dalam pikiran saya sendiri. Membandingkan sudut pandang satu dengan sudut pandang yang lain. Asyik juga.

Karena itu, saya harus bisa menulis. Tekat itu semakin kuat. Apalagi ketika menjadi ketua ekstrakurikuler Jurnalistik pada 2008. Tanggung jawab itu semakin besar, tidak saja tanggung jawab dari sisi organisasi, namun juga dari segi kapasitas diri.

Harus berani tampil di depan umum, juga harus bisa menulis dengan baik untuk mengungkapkan gagasan.

Entah kenapa obsesi saya untuk belajar nulis kuat sekali, sampai mengambil jurusan bahasa, padahal guru BK sudah menyarankan agar menghindari jurusan tersebut.

Hingga saat ini, aktivitas menulis tetap saya jalani. Tak menyangka jika menulis pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sangat berpengaruh dalam hidup saya.

Menulis menjadi salah satu cara berekspresi, beraktualisasi, hingga menghibur diri.

Saat sedih, lelah, kecewa, ditungkan lewat tulisan. Menulis pun juga menjadi cara saya menghargai orang lain.

Lewat perbincangan-perbincangan yang terjadi, kadang saya tuangkan dalam tulisan. Sampai orang yang membacanya kaget, karena saya tak nampak mencatat ketika perbincangan itu terjadi, namun bisa menguraikannya.

Bagi saya, itulah cara menyimak. Bahwa apa yang ia ucapkan benar-benar saya dengar, cerna, dan ingat. Upaya saya untuk menghargai setiap perjumpaan atau momentum.

Kebiasaan menulis pun membuat saya lebih punya perhatian pada hal-hal baru, misalkan ketika berada di suatu tempat. Kadang hasrat keingintahuan begitu memuncak, dan ingin menuliskannya.

Entah, apakah dari menulis itu akan dapat honorarium atau tidak. Meski sempat menjadikannya pekerjaan kala aktif di Koran dan Majalah, atau sekadar mengisi blog/web dengan pendapatan dari iklan ala kadarnya, untuk menopang website agar tetap hidup.

Bagi saya menulis saja, entah dituangkan pada buku, koran, majalah, tabloid, media daring, blog pribadi, atau sosial media. Sebab setiap tulisan akan memiliki pembacanya sendiri.

Selamat menulis, sebab menulis itu keren. []

Daff Kopi and Kafe
Ahmad Fahrizal Aziz

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini