S3 Vatikan



Senin, 24 Februari 2020

Banyak yang menyoal tentang S3 Vatikan dan gelar (mantan) pastor pada salah seorang penceramah "muallaf" yang belakangan ramai diperbincangkan.

Saya malah berimajinasi andai yang ditulis misalnya,  S3 teknik mesin, mungkin daya tariknya kurang. Kalau S3 Vatikan, terasa lebih greget. Apalagi mantan pastor.

Meskipun akan muncul pertanyaan, S3 ambil jurusan apa dan di kampus mana? Sebab vatikan hanyalah kota kecil di dalam kota Roma.

Juga pertanyaan, dulu pastor di gereja mana? Berarti Kristen Katolik ya? Kan S3 di Vatikan, tempat singgasana Paus Katolik. Lalu hendak berceramah soal apa?

Saya pun juga dapat pertanyaan, karena banner pengajian itu ada logo ormas yang saya ikuti. Di facebook, banner tersebut jadi bahan tertawaan.

-00-

Riset itu memang penting, termasuk ketika akan mengadakan pengajian. Karena riset bagian dari Iqra (membaca), dan itu juga ajaran Islam.

Apakah informasi pada banner tersebut termasuk bagian dari marketing? Semestinya tidak begitu.

Saya termasuk yang tidak tertarik mendengarkan ceramah agama yang mengupas kejanggalan agama lain, apalagi agama yang sebelumnya dianut oleh si pencerama. Itu adalah urusan beliau dengan masa lalunya.

Daripada sibuk mengurai kejanggalan agama lain, alangkah lebih baiknya jika berupaya memperbaiki cara beragama diri sendiri?

Lagipula, kalau diperhatikan sebenarnya dakwah dai Muhammadiyah itu punya ciri khas. Bukan sekadar tausiyah, namun juga dakwah bil hal.

Berceramah tentang ajaran agama disatu sisi, namun juga menunjukkan suatu gerakan atau amaliah nyata disisi yang lain.

Menjelaskan pentingnya Iqra, namun juga sekaligus menunjukkan karya tulis yang diterbitkan, sekolah yang dibangun, atau jumlah koleksi buku perpustakaan.

Mereka yang berceramah di Muhammadiyah rata-rata juga seorang muharrik (penggerak). Maka konten ceramahnya ada sisi inspiratifnya, ada keteladanannya.

Maka kadang-kadang dai Muhammadiyah itu dianggap kurang luwes kalau berceramah, kurang ngewes, bikin jamaah ngantuk, dan sebagainya.

Ya, sebab dakwah utamanya bukan di mimbar. Tetapi di bidang-bidang strategis seperti pendidikan, kesehatan, layanan sosial, hingga kemanusiaan.

Jika benar-benar mempelajari dakwah Muhammadiyah, mungkin tak akan tertarik dengan "S3 Vatikan". Buat apa?

Muktamar Muhammadiyah memutuskan bahwa Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah. Suatu kesepakatan bersama sebagai bangsa, yang multi agama.

Susah payahnya merajut kerukunan dan persatuan di tingkat elite. Tentu tidak begitu saja dibuyarkan oleh "S3 Vatikan". Semoga kejadian serupa tidak terulang kembali. []

Kedai MuaRa
Ahmad Fahrizal Aziz

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini