Pelan dan Santai, tak meledak-ledak, seperti sedang bertutur. Itulah gaya tausiyah Dr. H. Saad Ibrahim, MA. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Beberapa kali saya mengikuti tausiyah beliau, dan memang ada hal sama yang beliau sampaikan, namun juga selalu ada hal baru.
Tausiyahnya pun, ketika di depan penggerak persyarikatan, jauh berbeda dengan misalnya ketika seminar di kampus.
Sebab bagaimanapun, Pak Saad adalah intelektual. Kepakarannya dalam bidang Usul Fiqh misalnya, tak bisa diragukan. Banyak dalil beliau hafal, serta pengetahuannya yang luas. Baik dari khazanah keilmuan Islam hingga barat.
Saya masih ingat kala beliau membuka acara Baitul Arqom MPK Jawa Timur di Rusunawa UMM, dan sekilas menyitir teori Plato, filsuf Yunani, tentang Idea.
Tausiyahnya juga hampir selalu dibumbui dengan cerita-cerita pribadi atau cerita terkait persyarikatan.
Sebagai dosen, Pak Saad juga bukan dosen biasa. Sebab tiap kali Prof. Mahfud MD berkunjung ke UIN Malang, beliau hampir selalu jadi panelisnya.
Keilmuannya diakui, bahkan mahasiswa yang skripsi atau tesisnya diuji oleh beliau, harus benar-benar menyiapkan data dan argumentasi yang kuat, agar aman.
Kala Alm. Dr. Moeslim Abdurrahman sedang promosi buku "Suara Tuhan Suara Pemerdekaan", Pak Saad lah pembedah utama sekaligus panelisnya, yang ketika itu diagendakan oleh IMM Revivalis UIN Malang.
Dr. Moeslim Abdurrahman adalah intelektual yang sangat populer kala itu, dengan kritik-kritiknya yang tajam, terutama terkait dengan cara beragama masyarakat Indonesia.
Kemaren, saat tausiyah pasca pelantikan Direktur RSU dan RSI Aminah Blitar, Pak Saad kembali menceritakan sesuatu, yang rasanya jarang diungkapkan dalam sebuah tausiyah seorang tokoh agama.
Tentang aset amal usaha : rumah sakit, kampus, sekolah, dan sebagainya. Juga aset perusahaan, profit sharing dengan perbankan, juga cash flow.
Dalam setahun, total cash flow dari semua amal usaha Muhammadiyah di Jawa Timur konon bisa mencapai 4,2 Triliun.
Mungkin seperti inilah ceramah khas tokoh Muhammadiyah, yang punya tagline Islam Berkemajuan. Selain berceramah terkait nilai keIslaman, ideologi, juga ditambah progress gerakan.
Maka yang dibahas juga soal pembangunan, soal ekonomi, aset, jaringan, dan sejenisnya.
Dibalut dengan dalil naqli, juga spirit keagamaan yang kuat. Hebatnya, tausiyah Pak Saad itu memang cenderung landai, namun mampu melibatkan emosi pendengarnya.
Pendengar bisa dibawa masuk, hanyut dan meresapi. Sesekali diselingi humor, meski humornya jenis humor berat. Bikin tertawa namun tetap harus mikir, kadang kala ada yang tertawanya terlambat, karena harus mikir dulu. []
Blitar, 5 Februari 2020
Ahmad Fahrizal Aziz
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini