Kunjungan kru pdm.co ke peternakan ulat hongkong pak Paidi. Tampak latar belakang armada pengiriman.
Oleh Basori Adi
Wajahnya masih tampak muda dan tubuhnyapun masih tampak tegap, padahal usianya sudah kepala enam. Pak Paidi, ya demikianlah orang sekitar Desa Soso Gandusari Kabupaten Blitar memanggilnya. Beliau seorang pensiunan pegawai perkebunan pemerintah tahun 2012.
Bermula dari keresahannya saat akan memasuki usia pensiun, apa yang hendak dilakukan di rumah jika kelak masa itu benar-benar tiba. Risau melihat nasib rekan-rekan yang lebih dulu pensiun. Pendapatan drop dan penyakitpun berdatangan karena tiadanya aktivitas fisik dan pikiran.
Kesadaran itulah yang membuat otaknya terus berpikir. Baginya yang penting pensiun harus ada kegiatan agar fisik dan fikiran tetap hidup, syukur-syukur kalau ada income tambahan untuk menanggulangi turunnya pendapatan, yang santai dan ringan-ringan saja, modal kecil dan bisa dilakukan di rumah sendiri.
Maka berbagai upayapun dilakukan mulai dari ternak ayam, bebek, puyuh, lele bahkan mencoba dagang kecil-kecilan. Tapi semua gagal total bahkan kegiatan dagangnya berujung berantakan dan menyita pikiran.
Ora sinung, demikian orang Jawa mengistilahkan penerimaan atas
takdir yang kadang menimpa.
Sakit? Ya, awalnya. Tapi itulah sunnah perjalanan seorang wirausahawan.
Wirausahawan sejati bukan dinilai dari banyaknya usaha tapi dari mentalnya yang tak kenal menyerah dan selalu bergerak mencari peluang.
Semangat inilah yang membuatnya tetap tegar mencari usaha baru.
Setelah berbagai pengamatan dilakukan, perhatiannya akhirnya jatuh ke ternak ulat hongkong. Makhluk kecil pakan burung itulah yang kini mengantarkannya pada kehidupan yang boleh dikatakan sejahtera.
Dengan hanya berbekal uang Rp 500.000 tahun 2009, dia membeli bibit ulat sebagai modal awal. Penangkaran ulat yang hanya berupa kotak kayu ukuran 5 x 60 x60 cm dikerjakannya sendiri dari sebitan-sebitan kayu yang banyak di sekitar rumahnya.
loading...
Semua dicari dan dikerjakan sendiri sepulang bekerja di perkebunan untuk menekan modal. Saking semangatnya di awal-awal usaha, dia sampai lupa waktu dan masih asyik bekerja sampai larut malam.Rupanya usaha sederhana dan bermodal sangat kecil ini benar-benar hoki bagi dia. Tahun 2012 saat pensiun tiba disambutnya dengan suka cita. Usahanya sudah jalan lancar bahkan menghasilkan pendapatan lebih dari penghasilan pensiunnya.
Dari usahanya, kini ia mempekerjakan 5 karyawan tetangga sekitar rumah, dan berhasil memproduksi 3 kwintal ulat hongkong tiap minggunya.
Biaya produksi perkilogram adalah Rp 18.000,-. Jika harga jual perkilogram saat ini (maret 2020) adalah Rp 33.000 maka keuntungan bulanan yang diperoleh adalah = (Rp 33.000 - Rp 18,000 ) x 300 kg x 4 minggu = … silahkan hitung sendiri!
Untuk itulah tak heran jika dari usahanya ini dia sudah bisa membeli pick up untuk kirim, 2 mobil pribadi, membangun rumah, 1 buah kandang yang cukup bagus dan nyaman untuk bekerja.
Ketika saya bersama kru pdm.co datang untuk mewawancarainya, sepiring pisang goreng hangat dan beberapa gelas kopi sudah tersaji di meja. Perbincangan kami sangat akrab dan hangat.
Beliau sangat rendah hati dan bersahaja, penjelasannya pun runtut dan mudah dicerna. Kata-katanya yang halus dan penuh tatakrama membuat kami betah untuk berlama-lama.
“Kunci usaha ini bukan modal tapi ilmu, ketekunan dan istiqomah,” Pesannya.
Keberhasilan Pak Paidi rupanya menarik perhatian warga di desa Soso dan sekitarnya untuk ikut bergabung bersamanya. Dengan tangan terbuka semua diajari dan dilayaninya dengan sabar.
Mulai dari guru, petani, tentara, karyawan dan sebagainya yang bergabung dengan usahanya, di sela-sela pekerjaan utama masing-masing.
Kini pak Paidi membina dan menangani pemasaran produksi
sekitar 23 peternak ulat hongkong yang jadi binaannya.
Jika ada teman, saudara atau siapapun ingin ikut belajar usaha ini bagaimana? saya mencoba bertanya.
“Monggo pak, dikoordinir saja biar bisa sama-sama, lebih efektif dan bisa saling sharing nantinya. Saya siap mengajari bahkan tempat usaha saya dan binaan saya semua dapat digunakan untuk magang. Biar benar-benar paham sebelum memulai usaha. Ilmu itu penting sekali dikuasai agar tidak terjadi kegagalan, karena merawat binatang kita perlu belajar semua perilakunya,” Jawab Pak Paidi.
Akhirnya wawancarapun berakhir. Kami berkeliling untuk melihat-lihat kandang untuk lebih memahami semua penjelasannya.
Sesuai dengan pesan beliau maka kami mencantumkan nomor kontak dalam tulisan kami.
Jika saudara, rekan dan dan handai taulan yang ingin berwirausaha sampingan di rumah untuk menambah penghasilan, silahkan hubungi 085655795460, nanti kami sambungkan.
Wsslm.
(BASORI ADI, pdm.co. 2020)
Tonton juga versi wawancara videonya di channel YouTube PDM. Co (KLIK GAMBAR DI BAWAH)
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini