Pandangan Orang Jawa Pada Jabatan dan Kekayaan


Sebagai suku mayoritas di Indonesia, suku Jawa memang sulit menghindari jabatan-jabatan tertentu, terutama jabatan politik. Sejak zaman dulu, orang Jawa sendiri memang tidak selalu menghindari jabatan-jabatan tersebut, dan memiliki pandangan sendiri atas jabatan yang diemban.

Orang Jawa memiliki falsafah manungsa mung saderma nggadhah, yang artinya manusia hanya sekadar meminjam atau memiliki sementara.

Falsafah itu juga digunakan untuk memaknai kehidupan yang lebih luas, seperti kekayaan yang sedang dimiliki. Orang Jawa memandang itu semua hanya titipan dari Tuhan atau Gusti Pangeran, yang memiliki kehidupan ini.

Maka jangan sampai congkak dan sombong pada kekayaan atau jabatan yang saat ini dimiliki, karena orang Jawa punya ajaran Cakramanggilingan, yaitu hidup seperti roda yang berputar.

Orang Jawa harus selalu siap dengan keadaan yang akan terjadi, dan tidak menjadi congkak dan sombong dengan kelebihan yang saat ini dimiliki.

Cakramanggilingan tersebut juga muncul ungkapan, koyo gilir gumilir rina lawan wengi, yang artinya serupa pergantian siang dan malam.

Orang Jawa selalu diajarkan untuk mengingat masa ketika masih hidup sengsara, saat hidupnya sudah nyaman. Begitu pun sebaliknya. Agar bisa saling merasakan satu sama lain, agar punya tepa selira atau tenggang rasa.

Karena kekayaan dan jabatan itu bersifat sementara, maka mencarinya juga harus dengan cara yang baik. Sebab keduanya tidak akan abadi. (Insightblitar)


0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini