Akhirnya saya tertidur, setelah seminggu terakhir hanya bisa rebahan sampai pagi. Itu sungguh menyiksa. Hari-hari terasa lelah, pusing, mood dan emosi kurang stabil. Mungkin ini yang namanya insomnia.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Adakah suatu peristiwa yang menimbulkan banyak pikiran? Sepertinya tidak ada.
Dua minggu terakhir saya di rumah. Praktis tak kemanapun.
Beberapa teman yang pernah insomnia saya hubungi. Apa sebabnya?
Kafein dari kopi, diputus pacar, bercerai, tugas menumpuk, masalah keluarga, ditolak pujaan hati, hutang menggunung, menyakiti orang lain, dan seterusnya. Kompleks kan?
Lalu, apa yang menimpa saya? Memang ada beberapa masalah, namun itu biasa saja. Artinya suatu siklus alami. Sampai pada akhirnya saya bisa tidur lagi, belum tau pasti apa alasan tidak bisa tidur selama seminggu itu. Misterius.
loading...
Kalau soal kopi? Sepertinya tidak. Saya memang pengopi, namun itu tak terlalu berdampak. Kadang saat baca buku sambil ngopi, bisa saja tertidur.Masalah hidup? Ada banyak masalah hidup yang saya alami, banyak yang berlalu, kalaupun datang lagi itu juga tak menjadi beban berlebih.
Selain itu, saya tipe orang yang tak suka memendam sesuatu untuk diungkapkan. Sesuatu yang sering dipendam juga akan jadi "beban pikiran" yang menjurus pada masalah tidur, biasanya.
Ungkapkan saja, meski mungkin pahit. Tetapi itu lebih baik kan? Orang lain juga ingin mendapatkan respon yang jelas. Bukan begini, namun ternyata begitu.
-00-
Biasanya tidur jam berapa? Seorang teman bertanya. Memang, biasanya tidur larut malam. Di atas jam 11 malam. Namun itupun tetap bisa tidur lelap.
Dalam seminggu itu, lampu kamar memang mati, tubuh berebah di atas kasur, mata terpejam, namun masih tersadar. Sampai Masjid terdekat membunyikan tanda akan masuk subuh, masih mendengarnya dengan jelas.
Padahal, tubuh terasa sangat lelah. Bayangkan dalam kondisi tubuh lelah, namun tidak bisa tertidur. Tidak bisa memulihkan energi.
Ada bantuan medis. Tetapi saya urung melakukannya.
Langkah pertama, saya olahraga seperti biasa, lalu makan buah segar, dan bersiap tidur sebelum jam 9 malam. Masih gagal.
Namun, keesokan harinya, bisa tertidur. Meski mungkin sebentar. Sebab saat bangun tubuh rasanya masih capek. Tidak segar seperti biasanya.
Keesokan harinya lagi, agak lumayan. Bisa tertidur, mungkin lebih lama dari hari sebelumnya.
Malam berikutnya, saya benar-benar tertidur. Sore tadi, saat rebahan di kasur dan bebarengan dengan turunnya hujan, saya tertidur cukup lelap.
Tidur itu nikmat. Jadi bersyukurlah masih bisa tidur.
Selasa, 19 Januari 2021
Ahmad Fahrizal Aziz
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini