24 Remaja usia 18-22 tahun mengikuti Youth Camp selama tiga hari (2-4/4/21) di Tlekung, Junrejo, Kota Batu. Acara ini digelar oleh Relawan Pemuda Peduli Perempuan dan Anak (RP3A) Blitar dan mengambil tema besar : tubuhku tanggungjawabku.
Para peserta diajak berdiskusi soal Kesehatan Reproduksi, Kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam pacaran, kesetaraan gender, hingga perkawinan usia anak.
Rezki Liana Putri, selaku panitia acara menjelaskan bahwa 24 peserta Youth Camp ini adalah remaja yang terpilih dari puluhan pendaftar. Selain syarat peserta adalah usia 18-22 tahun, panitia juga mempertimbangkan keseriusan pendaftar dalam mengisi formulir.
"Ada juga pendaftar yang meskipun masih berusia di bawah 22 tahun, namun sudah menikah sehingga tidak bisa lagi disebut remaja," jelasnya saat sambutan pembukaan.
Irnandini Putri, Koordinator RP3A Blitar dan Ahmad Fahrizal Aziz, Aktivis Blitar Setara, menjadi fasilitator pada sesi materi. Selain itu mereka juga diajak bermain game, serta dibentuk menjadi enam kelompok yang masing-masing kelompok mendiskusikan tema yang berbeda untuk nantinya dipresentasikan di hadapan kelompok lain.
Agenda ini lebih diarahkan pada pemahanan terkait perkembangan fisiologis, kesehatan reproduksi, serta dampak perkawinan usia anak.
"Menjaga tubuh dalam arti, mereka memahami tentang perkembangan tubuhnya, terutama organ reproduksi, bagian mana yang tidak boleh disentuh, serta dampak negatif ketika melakukan perilaku beresiko," ungkap Fahrizal.
Kehamilan Tak Diinginkan
Salah satu kasus yang banyak terjadi di kalangan remaja adalah kehamilan tak diinginkan atau tak direncanakan (KTD). Itu dampak dari perilaku beresiko, salah satunya tidak bisa bertanggung jawab pada tubuhnya karena kurangnya pengetahuan seputar kesehatan reproduksi.
Hal itulah, salah satunya, yang menyebabkan perkawinan anak (di bawah usia 18 tahun) terus terjadi. Sementara pada usia tersebut, anak perempuan khususnya masih dalam masa pertumbuhan, sehingga ketika sudah hamil maka perkembangan diri dan janinnya kurang maksimal.
Apalagi, usia remaja adalah usia labil, belum matang secara psikologi, juga belum siap secara ekonomi jika harus berumah tangga. Rentan terjadi KDRT dan perceraian. Pada beberapa kasus, juga melahirkan bayi stunting dan menyebabkan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI).
Bekal Skill dan Pengetahuan
Remaja harus memiliki ruang aktualisasi diri, memiliki cita-cita demi masa depannya, melanjutkan studi hingga perguruan tinggi atau memiliki karir yang baik untuk menopang ekonominya kelak.
Maka usia remaja harus difokuskan pada pengembangan skill dan pengetahuan sebagai bekal masa depan. Namun disisi lain usia remaja juga disebut usia pubertas yang mana organ reproduksinya sudah mulai aktif. Sehingga ada ketertarikan pada lawan jenis.
"Youth Camp ini setidaknya memberikan sedikit bekal pada mereka, dengan tahu diharapkan mereka bisa menjaga dan mengontrolnya," pungkas Fahrizal.
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini