Kalau hendak menyebut nama seorang aktivis dan pejuang HAM yang paling konsisten di ranah pembelaan hak-hak warga, Munir Said Thalib, atau biasa disapa Cak Munir, adalah satu nama yang layak dicatat. Saking lantangnya menyuarakan keadilan, Cak Munir harus dibungkam (dibunuh) lewat cara diracun di atas pesawat dalam perjalanan menuju Belanda. Ia pamit untuk meneruskan studi, tetapi tak pernah kembali ke pangkuan sang anak dan istri.
Berbagai fakta di pengadilan sudah terang benderang. Tetapi hanya berhenti pada pelaku di lapangan. Auktor intelektualis di balik pembunuhan itu tak pernah terungkap.
Ironis! Peristiwa ini justru terjadi di era reformasi, sebuah era yang oleh Munir dan teman-temen seperjuangannya didapuk bisa menyelamatkan negeri dari penguasaan segelintir orang dan membuatnya bisa melesat maju; sebuah massa yang digadang-gadang mampu membuat anak-anak bangsa memiliki peluang untuk hidup lebih baik di masa depan, tanpa tekanan.
Memperingati 17 tahun wafat Cak Munir adalah merawat ingatan tentang perjuangan mencari keadilan; mengingatkan penguasa agar tak berleha-leha menuntaskan berbagai perkara; mendesakkan pikiran ke segenap warga agar kita MENOLAK LUPA!
Kredit foto: Flickr
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini