Islam menjadi agama yang tumbuh subur di Indonesia dan menjadi agama yang dipeluk mayoritas warga negara Indonesia hingga sekarang.
Islam tidak saja menjadi sebuah kepercayaan yang dianut individu, namun juga telah menjadi entitas penting dalam pergerakan, terutama dalam bidang sosial kemasyarakatan.
Salah satu wujudnya adalah lahirnya organisasi atau lembaga yang bahkan berdiri sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Berikut, 5 Organisasi Islam tertua di Indonesia yang masih eksis hingga sekarang, bahkan di antaranya berkembang sangat pesat.
5. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam (Persis) lahir di Bandung, 12 September 1923. Organisasi ini didirikan oleh Haji Zamzam, Haji Muhammad Yunus, dan A. Hassan.
Persis sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan struktur hirarkisnya dari tingkat pusat, wilayah, daerah dan cabang.
Sudah berdiri di 23 Provinsi dan 97 Kota/kabupaten, serta memiliki 358 pimpinan cabang di tingkat Kecamatan.
Dalam praktiknya, Persis lebih berfokus pada pendidikan, utamanya melalui Pesantren. Tercatat ada sekitar 230 Pesantren yang bernaung di bawah Persis.
4. Al Irsyad Al-Islamiyah
Al Irsyad Al-Islamiyah berdiri di Batavia/Jakarta pada 11 Agustus 1915, pendirinya antara lain Syekh Ahmad Surkati, Umar Manqush dll.
Banyak yang menyebut Al Irsyad adalah organisasi keturunan Arab, itu karena berdirinya sangat berkait dengan Jamiatul Khoir.
Al Irsyad dikenal dalam bidang pendidikan, Organisasi ini memiliki lembaga pendidikan yang digerakkan oleh Ahmad Surkati sejak 1913 mulai dari tingkat Awwaliyah, Ibtidaiyah, Tajhiziyah dan Muallimin.
Al Irsyad memiliki struktur dari tingkat pusat, wilayah hingga cabang dan berfokus pada 4 aspek yaitu:
1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Dakwah
3. Sosial Ekonomi
4. Media dan Informasi
3. Muhammadiyah
Muhammadiyah lahir di Yogyakarta, 18 November 1912, didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan dan murid-muridnya di Langgar Kidul, Kauman, Yogyakarta.
Muhammadiyah termasuk organisasi Islam yang berkembang sangat pesat di Indonesia baik dalam hal Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi hingga Filantropi.
Pada awalnya, gerakan Muhammadiyah berfokus pada pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan melalui PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem).
Muhammadiyah memiliki Amal Usaha dan Badan Usaha Milik Muhammadiyah. Dalam bidang Pendidikan Tinggi, Muhammadiyah tercatat memiliki lebih dari 170 Perguruan Tinggi dan ribuan sekolah dari tingkat TK, SD, SMP hingga SMA.
Dalam bidang Filantropi Muhammadiyah memiliki lembaga khusus yaitu MDMC dan Lazismu serta Majelis Pemberdayaan Masyarakat.
Muhammadiyah juga merupakan pelopor publikasi media melalui Majalah Suara Muhammadiyah yang sekarang menjadi media atau surat kabar tertua di Indonesia yang masih eksis hingga sekarang.
Secara hirarkis, Muhammadiyah memiliki struktur dari tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, hingga Ranting dan sudah memiliki pimpinan wilayah di seluruh Provinsi di Indonesia, termasuk daerah timur seperti Papua dan NTT yang masih minim akses pendidikan.
2. Sarikat Islam
Sarikat Islam mulanya bernama Sarikat Dagang Islam (SDI) yang berdiri pada 16 Oktober 1905, tokohnya adalah H. Samanhudi.
Ada versi jika SDI didirikan oleh Tirto Adhi Soerjo pada 27 Maret 1909 di Buitenzorg atau sekarang Kota Bogor.
Lalu pada 14 September 1912, namanya berubah menjadi Sarikat Islam di bawah kepemimpinan H.O.S Tjokroaminoto.
Sehingga, Sarikat Islam terkait dengan 3 tokoh penting yaitu H. Samanhudi, R.M Tirtoadisuryo dan H.O.S Tjokroaminoto.
Sarikat Islam menjadi organisasi atau gerakan yang sangat diperhitungkan pemerintah Hindia Belanda karena memiliki anggota yang banyak.
Organisasi ini bergerak di bidang dagang/usaha sebagai bentuk kemandirian. Karena itu kemudian Sarikat Islam memiliki bargaining di bidang politik sehingga berhimpitan dengan komunisme kala itu.
Sarikat Islam masih eksis hingga sekarang dan dipimpin oleh Dr. H. Hamdan Zoelva, mantan ketua MK dan politisi PBB.
1. Jamiatul Kheir
Jamiatul Kheir adalah gerakan Islam tertua di Indonesia yang berdiri sejak 1901. Jamiatul Kheir dalam bahasa Indonesia artinya Perkumpulan Kebaikan.
Jamiatul Kheir kemudian berkembang menjadi Yayasan dengan pendirinya adalah Habib Abubakar bin Ali bin Abubakar bin Shahabuddin.
Organisasi ini adalah perkumpulan orang-orang keturunan arab. Pada awalnya Jamiatul Kheir lebih fokus ke bidang kemasyarakatan, terutama menanggulangi kemiskinan dan kebodohan akhibat kolonialisme.
K.H Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, pernah tercatat sebagai anggota Jamiatul Kheir.
Jamiatul Kheir masih eksis hingga sekarang, dan kantor pusatnya berada di Jalan K.H Mas Mansyur 17, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
(Red.b)
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini