Para pegiat literasi Blitar dalam event pembacaan puisi memperingati Hari Kelahiran Pancasila.
InsightBlitar.ID- Kepedulian masyarakat Blitar untuk membangun daerahnya dalam bidang literasi ternyata cukup menggembirakan, itu terlihat dalam gerakan berbasis komunitas yang marak dalam 10 tahun belakangan ini.
Insight Blitar pun menelusuri aktivitas komunitas tersebut dan setidaknya memunculkan 3 bentuk gerakan yang satu dengan lainnya saling melengkapi.
Artikel ini hanya mengulas gerakan literasi berbasis komunitas masyarakat atau non pemerintah.
Pertama, gerakan mendekatkan masyarakat dengan buku
Gerakan untuk mendekatkan masyarakat kepada bahan bacaan baik buku, majalah, tabloid hingga komik cukup gencar di Blitar. Aktor penggeraknya adalah Taman Baca Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Jalanan (Perjal).
Pada berbagai kesempatan, para penggerak TBM dan Perjal menggelar lapak-lapak di tempat keramaian seperti Walk City Makam Bung Karno, Alun-alun Kota Blitar, Area Kantor Kabupaten Blitar, Taman Idaman Hati Wlingi, Taman Kebonrojo dan lokasi lainnya.
Mereka mendekatkan buku kepada masyarakat yang tengah berkerumun dan bisa membaca atau berdiskusi tentang buku tersebut di lokasi lapak.
Sementara TBM atau Perpustakaan milik pribadi tersebut juga bisa diakses oleh warga sekitar, terutama anak-anak.
Dukungan dari Negara pun ditunjukkan dengan memberi bantuan buku, salah satunya dari Perpustakaan Bung Karno yang memberikan hibah buku bagi pegiat literasi berbasis taman baca tersebut.
Ada banyak sekali TBM dan Perjal di Blitar, yang meliputi wilayah Kota dan Kabupaten Blitar.
Para pegiat ini banyak yang berkolaborasi dengan komunitas lain seperti pegiat lingkungan, pegiat seni hingga UMKM untuk menggelar event atau memeriahkan kegiatan lapak baca mereka.
Sebagian dari TBM dan Perjal tersebut juga memiliki kafe atau kedai kopi dan menjadikan buku sebagai fasilitas yang bisa diakses oleh pengunjung secara gratis.
Kedua, kegiatan diskusi dan membangun budaya membaca
Diskusi buku oleh Komunitas Muara Baca di Lantai 2 Perpustakaan Bung Karno
Kegiatan diskusi buku, talk show atau berbagi perspektif adalah salah satu gerakan literasi yang penting untuk digalakkan.
Kegiatan tersebut lebih membidik masyarakat untuk memiliki budaya membaca. Beberapa komunitas berfokus pada kegiatan peningkatan budaya membaca sebagai bagian dari peningkatan literasi masyarakat.
Kegiatan seperti ini kerap menghadirkan narasumber baik akademisi, praktisi hingga pemangku kebijakan.
Tak hanya komunitas literasi yang menggelar agenda diskusi, organisasi mahasiswa pun kerap menggelar hal ini.
Meskipun formatnya diskusi, namun basis literaturnya tetap dari bahan bacaan, bisa cetak maupun digital.
Kegiatan diskusi ini mewadahi mereka yang sudah punya tradisi membaca untuk menyampaikan pengetahuan yang mereka dapatkan, juga mewadahi mereka yang masih malas membaca agar terdorong untuk memiliki tradisi membaca yang baik.
Dalam konteks peningkatan budaya membaca, tentu bahan bacaan tidak hanya buku, namun juga digital dan lebih jauh lagi membaca kondisi masyarakat atau membaca yang tak tertulis.
Adanya forum-forum diskusi lintas disiplin dengan isu-isu lokal maupun nasional merangsang daya kritis masyarakat dan itu adalah bagian penting dari gerakan literasi.
Ketiga, kegiatan menulis
Pertemuan rutin mingguan yang digelar FLP Blitar untuk belajar menulis.
Setelah bahan bacaan tersedia secara luas, budaya membaca pun sudah tumbuh dengan baik, maka harus ditulis agar memunculkan bacaan baru.
Memang tak banyak komunitas yang secara khusus menjadi wadah menulis, meskipun kegiatan pelatihan dan workshop kepenulisan juga banyak digelar.
Menulis adalah bagian dari gerakan literasi karena apa yang dibaca, baik bacaan yang tertulis atau tak tertulis sebagai hasil dari merenungi kondisi masyarakat perlu dimunculkan menjadi tulisan.
Mereka yang memiliki tradisi membaca akan memiliki pengetahuan yang luas, berpikir lebih kritis, serta menghasilkan cara pandang yang lebih baik untuk kehidupan kedepan.
Cara pandang atau perspektif tersebut harus ditulis agar bisa menjadi bahan bacaan baru dan memberikan dampak lebih baik bagi kehidupan generasi mendatang.
Kegiatan kepenulisan banyak tumbuh di sekolah dan perguruan tinggi, dan masih sedikit komunitas yang concern pada bidang tersebut.
Gerakan menulis bisa berjalan efektif ketika tradisi membaca, terutama di internal anggotanya, sudah tumbuh dengan baik.
Budaya membaca pun bisa terwujud jika bahan bacaan tersedia, namun di era digital seperti sekarang ini sebenarnya bahan bacaan banyak tersedia meskipun secara digital.
Karena seorang penulis secara otomatis adalah pembaca dan perenung, sehingga bisa memunculkan suatu ide untuk ditulis. Baik ditulis dalam bentuk esai, puisi, cerpen atau karya tulis lainnya.
Itulah kenapa komunitas kepenulisan lebih sedikit jumlahnya, meskipun menjadi salah satu varian dalam gerakan literasi.
Karya tulis bisa disebut sebagai produk dari gerakan literasi, dan kualitas karya tulis sangat dipengaruhi oleh budaya membaca, baik membaca yang tertulis maupun tak tertulis.
Meskipun demikian, kegiatan kepenulisan sudah mulai tumbuh di Blitar, termasuk yang berbasis komunitas.
Mixing Gerakan
Dalam acara Ketemu Buku Blitar, 2019 di Graha Patria
Gerakan literasi secara lebih umum bertujuan membangun masyarakat yang terbuka, kritis, berwawasan dan produktif.
Gerakan literasi perlu melakukan kolaborasi (mixing) gerakan agar tujuan tersebut bisa lekas terwujud.
Kolaborasi baik dalam rangka pengadaan bahan bacaan, peningkatan budaya membaca, hingga melahirkan karya tulis yang berbobot.
Dalam kaitannya membentuk masyarakat yang melek literasi, perlu mengasah nalar dan batin lewat kesenian dan kebudayaan agar tidak saja melahirkan orang berwawasan luas, namun juga memiliki ketajaman sosial.
Disamping itu, dukungan material juga penting karena berliterasi adalah proses aktualisasi diri, dan itu baru bisa berjalan maksimal ketika kebutuhan dasar terpenuhi, sebagaimana teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow.
Sebagai sebuah perspektif, literasi terhubung dengan semua bidang kehidupan, tak hanya melulu membahas soal pengadaan buku, namun lebih bagaimana agar dalam berpikir masyarakat punya pijakan, punya basis literasi.
Hal tersebut bisa diaplikasi dalam semua bidang kehidupan, maka gerakan literasi memegang peranan penting untuk membangun masyarakat agar lebih baik kedepannya. []
Ditulis: Kusno Patria
Editor: Ahmad Fahrizal
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini