Mendung menyambut pagi itu, di area penginapan Mantrijeron. Rumah bergaya lama, dengan hiasan cemara natal di ruang depannya.
Rumah tersebut berada di gang kecil, tenggelam oleh kemegahan Hotel Alana. Kami sengaja memilih rumah tersebut sebagai penginapan agar memberikan kesan berbeda.
Pagi itu kami berencana pulang, namun agar punya pengalaman baru melewati rute berbeda. Lewat Wonosari, Gunung Kidul.
Perjalanan dari Mantrijeron ke Wonosari tak seperti kekhawatiran kami, ternyata jalannya mulus dan lebar. Meskipun gerimis datang dan hujan cukup lebat menyambut di dekat alun-alun Gunung Kidul.
Dari Kota Yogyakarta, cukup bikin rute di google maps menuju Pacitan Kota. Nanti secara akurat google akan menunjukkan jalan via Wonosari.
Perjalanan sepanjang Gunung Kidul terbilang mudah, meski ada beberapa kali jalan naik turun, tidak se-ekstrem Wonogiri.
Sebelum memasuki Pacitan, ternyata kami harus melewati Wonogiri lagi, yaitu daerah Pracimantoro.
Jalanan di Pracimantoro tidak semulus Gunung Kidul. Seperti kontras ketika berpindah Provinsi dari DIY ke Jawa Tengah.
Memasuki Pacitan, jalanan juga kembali mulus. Jika diberi bintang, bintang 5 untuk Wonosari Gunung Kidul (DIY), bintang 3 untuk Pracimantoro Wonogiri (Jateng), dan bintang 4 untuk Pacitan (Jatim).
Kabupaten Pacitan menyuguhkan pemandangan alam yang menarik. Perjalanan memasuki hutan yang sejuk, ada wisata Prahu Kahyangan di dalam hutan yang area parkirnya dipenuhi Bus Pariwisata.
Selanjutnya, suguhan alam Pantai Soge yang menawan. Tepat di bibir jalan raya, memanja mata sepanjang perjalanan, lalu view menara PLTU Sudimoro yang disekitarnya menjadi spot foto favorit.
Kami rehat sejenak untuk sarapan Ikan Teropong Bakar di Warung Makan Untung Sugiyo Bu Mamik.
Menuju pintu perbatasan Pacitan-Trenggalek, kami melawati museum super megah, seperti istana negara. Museum dan Galeri Seni SBY-ANI.
Oya, sepanjang perjalanan di Pacitan, berdera Partai Demokrat cukup banyak terlihat, berkibar di pinggir jalan, di antara pepohonan hingga di atas genteng rumah-rumah.
Akhirnya kami memasuki Trenggalek. Giliran baliho Emil Dardak yang menyambut, lagi-lagi dari Partai Demokrat.
Trenggalek tak jauh berbeda dengan Pacitan. Pesona alamnya, jalanan naik-turun, dan view Pantai Pelang. Kebetulan sedang gerimis, begitu indah melihat pantai diguyur gerimis dari atas bukit.
Setelah Trenggalek, perjalanan sampai di Tulungagung, dan selanjutnya Blitar. Perjalanan melalui rute selatan memang lebih jauh sekitar 100km, waktunya pun 2 jam lebih lama.
Namun itu bukan soal, bukankah perjalanan adalah bagian yang harus dinikmati?
Tabik,
Ahmad Fahrizal Aziz
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini