Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Gedung Dipayana yang Kurindukan | Cerita Laras


Cerita Laras
 
Hari ini, setelah lebih dari sepuluh tahun, aku kembali menginjakkan kaki di Kota Blitar.  

Rasa rindu bercampur dengan rasa penasaran, bagaimana wajah kota ini sekarang?  Apakah masih sama seperti yang kuingat?
 
Perjalanan kereta api yang cukup lama membuatku tertidur pulas.  Saat terbangun, pemandangan di luar jendela sudah mulai familiar.  Stasiun Blitar, tempatku pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, ternyata sudah dipugar.  

Bangunannya lebih modern, bersih, dan nyaman. Senyum mengembang di wajahku, perubahan ini terasa positif.
 
Setibanya di kota, aku langsung menuju alun-alun.  Wah, ternyata alun-alunnya juga sudah ditata lebih cantik.

Depan alun-alun ada Taman Pecut, ada air mancur yang menari-nari, dan banyak spot foto yang instagramable.  

Anak-anak muda tampak asyik berfoto ria di sana. Aku pun tak mau ketinggalan, mengabadikan momen ini dengan kamera ponselku.
 
Namun, ada satu hal yang membuatku sedikit kecewa.  Aku mencari gedung ikonik yang dulu menjadi saksi bisu sejarah kota ini, Gedung Dwipayana.  

Gedung dengan arsitektur unik dan penuh cerita itu, tempatku dulu sering menghabiskan waktu bersama teman-teman.  Tapi, aku tak menemukannya.
 
Dengan perasaan sedikit kecewa, aku bertanya kepada seorang tukang parkir di depan toko Pelangi.  

"Gedung Dwipayana, Pak?" tanyaku.  

"Oh, gedung itu sudah dihancurkan, Mbak. Sekarang sudah jadi Blitar Mall," jawabnya dengan nada datar.
 
Aku terdiam sejenak, perasaan campur aduk.  Sedih karena gedung bersejarah itu sudah tak ada, tapi juga sedikit lega karena ternyata kota ini terus berkembang.  

Seorang tua yang duduk di dekat sana, mendengar percakapan kami, ikut berkomentar.  

"Sangat disayangkan, Mbak.  Bentuk bangunan itu sangat unik, harusnya dilestarikan dan dirawat sebagai identitas kota," ujarnya dengan nada sedikit menyesal.
 
Aku mengangguk setuju.  Memang, gedung-gedung bersejarah seperti itu merupakan warisan budaya yang penting.  

Mereka menyimpan cerita dan nilai-nilai yang tak ternilai harganya.  Semoga di masa depan, kota ini bisa lebih bijak dalam menjaga warisan budayanya.
 
Walaupun sedikit kecewa, aku tetap menikmati perjalanan hari ini. Kota Blitar tetaplah kota yang penuh kenangan.  

Aku berharap bisa kembali lagi ke sini, dan menikmati perubahan-perubahan positif yang terjadi di kota ini.

Comments