Meramaikan Narasi Konten Lokal Blitar
Menjelang dhuhur di tanggal 8 April 2025, Mbak Celvian mengirimkan beberapa naskah dari peserta Bimtek, sekaligus menandai masa berakhirnya libur lebaran.
Untungnya, Bimtek tahap II diundur, ada sela waktu sehari untuk membaca 22 naskah yang masuk, dan membuat sedikit catatan.
Sebulan sebelumnya, kami bertatap muka di sudut gedung Perpustakaan Daerah, melingkari meja-meja bundar, di kelilingi tirai putih beraksen merah.
60 peserta hadir dengan wajah sumringah, mendapatkan kaos hijau tosca, sling bag dan sekotak camilan.
Agenda bertajuk Inkubator Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal Blitar tersebut dihelat oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Blitar.
Saya berbagi materi bersama Mas Yanu Aribowo (jurnalis Radar Blitar) dan Bu Dewi Sulistya dari Disbudpar.
Bu Dewi banyak memberi pandangan terkait ide konten lokal, mulai dari kuliner, produk seni, budaya hingga destinasi wisata.
Mas Yanu menyambung dengan tips penggalian data, menembus narasumber dan trik lainnya agar mendapatkan informasi yang cukup.
Saya kebagian yang paling gampang, terkait teknis kepenulisan. Beberapa peserta terlihat sudah memiliki rekam jejak di bidang literasi, dan itu mempermudah proses selanjutnya.
***
Jelang pukul 10 malam, 18 naskah telah terbaca dan beberapa catatan kecil telah dibuat. Lalu muncul satu naskah susulan. Masih 5 antrian naskah.
Satu jam berikutnya, semua naskah telah terbaca dan selanjutnya adalah membuat slide sederhana sebagai bahan presentasi besok.
Dua cangkir kopi dan sebatang Camel ungu pun tandas membersamai file PPT yang kukirimkan ke Mbak Celvian, disambut guguran gerimis pada pergantian hari.
Catatan kecil
Naskah yang masuk cukup beragam, ada dua tema sama, ada juga tema baru. Satu bulan adalah waktu yang singkat untuk menggali dan menuliskannya sekaligus, terlebih di tengah kesibukan Ramadan dan Lebaran.
Selain itu, menggali, menuliskan dan menyunting sesungguhnya adalah tiga aktivitas berbeda.
Itulah sebab kenapa saya menggunakan komentar "standar minimalis" agar revisi nanti lebih terfokus pada pengayaan informasi.
Karena menemukan gaya menulis butuh kebiasaan dan tidak bisa disulap dalam waktu singkat.
Teramat berat jika dalam satu waktu sekaligus, peserta harus memikirkan soal isi, gaya menulis, sekaligus penyuntingannya.
Ada beberapa naskah yang menurut saya sudah tuntas dan tinggal masuk meja penyunting, ada naskah yang perlu diperkaya informasinya, ada pula yang tinggal dipertajam lagi topiknya.
Ada juga yang tersengal dan "kehabisan nafas" sebelum menyentuh 1000 kata, seperti hubungan yang kandas di tengah jalan.
Namun itu lebih baik, karena ternyata ada yang masih terjebak dalam pikiran, masih beterbangan di langit-langit harapan, dan belum turun menjadi serangkaian kalimat pada layar monitor.
Karena naskah yang masuk tidak sampai 30, maka besar kemungkinan semuanya akan diterbitkan, menjadi buku antologi konten lokal Blitar.
Kami bertiga lah yang akan menghadapi momentum sulit karena harus menentukan 3 terbaik dari (sejauh ini) 27 naskah yang masuk.
Masih ada sekitar 15 hari untuk mengubah arah angin, mengecek kembali judul, memperbaiki diksi, hingga memperkaya isinya.
Selamat berenang pada kolam nonfiksi dengan segala realitanya. []
Tabik,
Ahmad Fahrizal A.
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini